ilmu ikhlas


Bagi penikmat film tanah air, film "Kiamat Sudah Dekat" dengan sutradara Dedi Mizwar sudah bukan menjadi film yang asing lagi. Selain sebagai sebuah oase dari keadaan dunia perfilman Indonesia yang stagnan, ilmu yang dapat diambil dari film tersebut juga patut diperhitungkan. Terlepas bagaimana keadaan film Indonesia yang melatarbelakangi munculnya film tersebut, kita sudah sepantasnya belajar dari nilai-nilai yang terkandung dalam film tersebut. Dalam film tersebut dikisahkan tentang seorang pemuda yang mencintai seseorang wanita. Akan tetapi dalam mencapai keinginannya, ia harus menghadapi beberapa ujian dasar keagamaan. Ujian terakhir adalah ilmu ikhlas.
Jika hal yang terjadi dalam film tersebut dianalogikan dalam dunia perpolitikan Indonesia saat ini, pemuda dapat sebagai symbol dari para calon anggota legislatif yang sedang mengejar seorang wanita yang menyimbolkan sebagai jabatan di kursi legislatif. Dalam hal ibadah praktis, para calon anggota legislative adalah orang-orang yang sudah sepantasnya tidak diragukan lagi kemampuannya. Ujian-ujian dalam perjalanan menuju kursi senayan pun satu-persatu dilalui. Hingga ujian yang telah dilakukan dalam sembilan bulan lebih pada masa kampanye telah dilakukan yaitu meyakinkan calon mertua yang menyimbolkan sebagai konstituen.
Akan tetapi, masih ada satu ujian yang dapat dikatakan sebagai ujian terberat yaitu harus lulus ujian ilmu ikhlas. Apakah ilmu ikhlas itu? Menurut KH Zainuddin MZ, ikhlas ibarat buang air di pagi hari. Apapun yang dimakan pada malam harinya, jika pada pagi hari harus dibuang maka dibuang tanpa pikir panjang. Demikian yang akan diuji kepada para calon anggota legislative baik yang nantinya berhasil duduk di kursi dewan ataupun bukan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa para calon anggota legislative tidak sedikit dalam mengeluarkan uang untuk kebutuhan kampanye baik dengan cara yang benar maupun cara yang melanggar hukum. Mulai dari publikasi hingga pembagian kepada masyarakat atau simpatisan. Ketika masa kampanye telah usai, pemilu telah dilakukan, kini ujiannya adalah apakah para calon anggota legislative akan mengembalikan modal yang telah dikeluarkan demi mendapatkan kursi parlemen?
Saat ini, penghitungan suara belum selesai, tetapi indikasi-indikasi ketidakikhlasan pengabdian kepada bangsa telah mulai terlihat. Beberapa calon anggota legislative mulai frustrasi karena mendapatkan suara yang kecil. Bentuk kefrustrasian bermacam-macam, ada yang sudah mulai depresi, ada pula yang meminta kembali harta yang telah disumbangkan kepada masyarakat, bahkan membunuh KPPS.
Untuk calon anggota legislative yang mendapatkan suara yang cukup besar, saat ini belum terlihat mengenai ikhlas atau tidaknya. Tetapi, baik untuk calon anggota legislative yang akan lolos atau tidak dapat diukur dari awal apakah calon anggota legislative tersebut ikhlas. Jika dalam proses pemilu dan penghitungan suara terjadi kecurangan dan pelanggaran, hal tersebut mengindikasikan mengenai ketidakikhlasan karena para calon anggota legislative tidak siap untuk kalah.
Sungguh berat mengikhlaskan harta yang begitu besar untuk proses pemilu. Bagaimana tidak, tidak sedikit pata calon anggota legislative yang harus menjual harta benda hingga tanah demi mendapatkan kursi di DPR. Uang yang dikumpulkan dengan susah payah berat rasanya untuk dilepaskan begitu saja.
Mengapa ilmu ikhlas penting dalam pemilu khususnya pemilu legislative? Kita harus ingat bahwa anggota dewan adalah perpanjangan tangan dari masyarakat dalam pembuatan undang-undang. Jadi, parlemen adalah milik bangsa Indonesia, bukan milik anggota legislative ataupun miilik partai.