Jangan Anak Tirikan Ilmu Pengetahuan

selama tiga pekan, dunia pendidikan Indonesia sedang disibukkan oleh ujian nasional (apapun namanya) dari SD, SMP, dan SMA/SMK. pro kontra mengenai perlu tidaknya, bermanfaat atau tidaknya ujian nasional masih terus berlanjut. pro kontra ada tidaknya bocoran kunci jawaban pun ramai diperbincangkan. transparansi nilai pun masih banyak yang meragukan. itulah kebijakan pasti dan selalu ada pihak pro dan kontra. silakan bagi pemegang kebijakan agar bisa bijaksana mengambil keputusan. tapi, yang agak merisaukan, mengapa kita begitu "mendewa-dewakan" ilmu pasti?

jika kita melihat fakta di lapangan, parameter siswa pandai adalah siswa yang nilai ilmu pastinya, seperti matematika, IPA (fisika, kimia), dan hal-hal yang berkaitan dengan hitung-hitungan, mendapatkan nilai bagus. bagi mereka yang memiliki nilai ilmu non eksakta baik, diangga bukan sesuatu yang "wah". mengapa kita begitu menganaktirikan ilmo non eksakta atau ilmu sosial?

jika kita melihat fakta yang terjadi ketika siswa SMA IPA lulus, tidak sedikit yang malah masuk ke perguruan tinggi dengan jurusan/program studi yang bersifat non eksakta, semisal ekonomi, psikologi, hukum, dll. bukankah jika kita menganaktirikan ilmu sosial, jurusan itu adalah seharusnya lahan bagi mereka yang dulunya masuk IPS? mengapa jurusan ilmu pasti (matematika, fisika murni, kimia murni, dll) di beberapa tempat kalah peminatnya daripada jurusan non eksakta? mengapa banyak lulusan jurusan teknik (engineering) justru bekerja di perusahaan yang lebih bersifat sosial?

ilmu, baik eksakta maupun sosial, adalah karunia dzat yang maha memiliki ilmu. tidak sepantasnya kita menganggap salah satu adalah lebih tinggi derajatnya daripada ilmu yang lain. jika ilmu itu tidak bermanfaat bagi manusia, tidak akan pernah Allah menurunkannya ke bumi kepada manusia.

sangat disayangkan jika ujian nasional hanya menitikberatkan hanya pada salah satu bidang, eksakta, sebagaimana ujian nasional SMP yang hanya mencakup empat mata pelajaran, matematika, bahasa inggris, bahasa indonesia, dan IPA. berbeda dengan ujian nasional SMA karena sudah ada penjurusan, bukankah siswa SMP belum ada sistem penjurusan, seharusnya ilmu sosial dan eksakta tetap diakomodasi demi berkembangnya ilmu yang dimiliki oleh siswa.

sekali lagi, semoga para pengambil keputusan dapat memberikan keputusan yang terbaik atau setidaknya keputusan yang optimal bagi kemaslahatan.

_______

sumber gambar: http://detik.com