Jakarta Sudah Siaga 3

saya bukan putra daerah jakarta, bukan warga jakarta, bukan pula pemerhati sosial jakarta. saya pun tidak pernah punya cita-cita untuk hidup di jakarta. saya hanya orang yang merasa kasihan dengan apa yang terjadi di jakarta sekarang. jika kita bertanya kepada setiap orang di republik ini terutama warga jakarta sendiri, apa masalah yang melanda jakarta? jawabannya tidak akan jauh-jauh dari kata macet, banjir, kumuh, kriminal, dan masih banyak masalah lain. masalah yang kian hari kian meradang, tapi masih tetap saja didatangi oleh masyarakat seperti tumpukan sampah yang dikerubungi lalat. dan kini masalah-masalah itu dijadikan komoditas politik, menjadi isu yang diangkat dalam kampanye pilgub, dan kita tidak tahu bagaimana nanti akhirnya.

ibarat sebuah tempat di lereng gunung berapi yang siap meletus, jakarta harus segera dikosongkan. mengapa? karena bukan saja polusi udara, polusi suara, polusi air, dan polusi fisik lainnya, jakarta juga mengandung begitu besar polusi sosial dan akhlak. (katanya) banyak tempat di jakarta dimana kejujuran mahal harganya. (katanya) banyak tindakan dihalalkan demi sesuap nasi. jika memang "katanya" itu benar, berarti memang harus dikosongkan.

banyak hal yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di jakarta. misal untuk menanggulangi banjir yang setiap jangka waktu tertentu pasti melanda, dibuatlah banjir kanal barat dan banjir kanal timur. untuk mengatasi kemacetan, difungsikan transjakarta dan akan dioperasionalkan MRT (mass rapid transportation). tapi, tetap saja banjir menjadi langganan, macet menjadi identitas. tapi tetap saja warga dari berbagai daerah mendatangi tempat banjir dan macet ini. apalagi yang mendatangi bukan cuma warga yang nantinya akan menjadi penghuni pinggiran yang kumuh, tapi juga para warga negara berbahan bakar pertamax.

sebenarnya ada kesalahan mendasar dalam pembangunan kota jakarta. bukan perencanaan tata kota, bukan investasi, tapi niat. coba kita lihat aksi para calon gubernur kini atau beberapa tahun silam. penuh kesombongan dan terlalu ambisius. pernahkan anda mendengar tagline "serahkan pada ahlinya" dari salah satu cagub pada lima tahun yang lalu? apakah kini sang ahli mampu menyelesaikan masalah yang terjadi di jakarta? silakan anda nilai sendiri apa tagline atau jargon para cagub pada pilgub sekarang, apakah menunjukkan kesombongan atau tidak. jika iya, hal yang sama akan terjadi seperti yang telah terjadi sebelumnya. sama seperti pada masa kampanye, program yang dijalankan pun sarat akan kesombongan. "banjir kanal pasti akan mengurai banjir", "transjakarta pasti akan mengatasi kemacetan", kini "hanya MRT jawaban atas kemacetan jakarta", bukankah pernyataan itu penuh dengan kesombongan.

siapapun yang nantinya (entah tahun berapa pun itu) akan menjadi B 1, saya ada sedikit ide untuk ibukota negeri ini. pertama, bersihkan hati anda mulai dari sekarang. kemudian, anda sekalian harus berani mengambil tindakan tragis. saya lebih suka menggunakan kata tragis karena memang yang terjadi sudah terlalu tragis. hentikan masuknya atau bertambahnya jumlah penghuni jakarta baik itu pengguna minyak tanah maupun pengguna pertamax. kemudian, para warga pinggiran tertama yang tinggal di bibir sungai anda pindahkan ke apartemen mewah yang bertaburan di jakarta. setelah sudah tidak ada lagi warga yang tinggal di pinggiran sungai, mulai berikan hak sungai atas kejernihannya dan kesegarannya. jika ada pabrik-pabrik yang ada di pinggiran sungai, dievakuasi juga, karena memang sudah siaga 3. sungai-sungai yang memnyempit dan dangkal kini bisa dikeruk/diperdalam serta diperlebar. warga yang semula di pinggiran sungai punya pekerjaan, entah itu jualan kerak telur, jualan mainan, jualan lainnya, berikan satu lahan khusus bagi mereka untuk bekerja, atau akan lebih bijaksana buat lapangan kerja khusus untuk mereka para warga bekas penghuni sungai. dan, semua fasilitas sosial jangan sampai terlewatkan seperti sekolah, masjid, lapangan dan lain-lain tetap disediakan. ketika sungai sudah lebar, dalam, jernih dan juga hijau, bisa dimanfaatkan sebagai jalur transportasi air seperti di venezia. jika di pinggir sungai masih ada lahan, buat jalur khusus pengguna sepeda. di tempat ini, tidak diperkenankan adanya motor yang lewat atau parkir. tindakan tragis ini bukan tanpa hambatan karena sudah menjadi rahasia publik kalau uang sangat berperan di jakarta. jika anda bisa lebih mengutamakan kepentingan warga daripada uang, akan menjadi sangat istimewa. tapi, jika tidak ingin susah-susah melakukan tindakan yang susah ini ada yang lebih simpel, mengosongkan jakarta dari semua aktivitas manusia sebagaimana kondisi siaga 3.

yah, saya bukan warga jakarta dan tidak pernah ada cita-cita untuk tinggal di jakarta. saya juga bukan kader salah satu parpol atau cagub. jika memang ada kesamaan atau ada keterkaitan dengan salah satu calon yang ada di rss (disamping), ini tidak ada kaitannya sama sekali. saya hanya bisa berdoa dan berharap semoga jakarta kembali sehat dan tidak menulari tempat lain.