Bangsa Ini Sebaiknya Belajar dari Pramuka

Pramuka, sebuah organisasi besar tapi tidak begitu dikenal oleh masyarakat indonesia. Masyarakat hanya sekedar mengenal kulitnya saja, bukan esensi dari pramuka. Masyarakat hanya mengenal bahwa pramuka itu berpakaian cokelat-cokelat, berlambang tunas kelapa, dijadikan ekstra kurikuler wajib di sekolah, berakitan dengan sandi-sandi, morse, tali temali dan hal-hal sejenis. Bahkan hampir setiap masyarakat tidak mengetahui apa perbedaan antara pramuka, gerakan pramuka dan kepramukaan. Padahal jika masyarakat tahu dan mengamalkan akan esensi dari pramuka, bisa menjadi salah satu alternatif kuat pembangunan negeri baik fisik maupun moral.

Bangsa Ini Sebaiknya Belajar dari Pramuka
Update foto: Pagelaran wayang kulit semalam suntuk lakon Banjaran Gatotkaca dalang Ki Seno Nugroho di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, dalam rangka Hari Pramuka, malam 14 Agustus 2017.


Suatu ketika, saya mengikuti kegiatan yang diadakan oleh gerakan pramuka kwartir cabang. Dalam acara itu ada post test yang salah satu pertanyaannya adalah "apa perbedaan antara pramuka, gerakan pramuka dan kepramukaan?". Ternyata banyak dari para pramuka yang tidak mengetahuinya. Beberapa minggu sebelum acara itu diadakan pun, saya baru tahu apa perbedaan dari ketiganya. 

Pramuka adalah orang atau anggotanya, Gerakan Pramuka adalah organisasinya, sedangkan kepramukaan adalah kegiatannya. Begitu sederhana tapi banyak yang tidak mengetahuinya.

Di dalam hymne pramuka, terdapat kalimat "satyaku kudarmakan, darmaku ku baktikan". Hal ini menunjukkan bahwa pramuka di dalam gerakan pramuka memiliki cita-cita luhur dan bukan hanya meninggikan egonya sendiri. Ketika seorang pramuka memiliki janji (satya) ia akan melaksanakannya (darma) dan pelaksanaannya bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk kepentingan orang lain (bakti).

Selama ini masyarakat hanya mengenal sedikit sekali dari kepramukaan. Padahal dalam gerakan pramuka, banyak hal kegiatan bermanfaat baik secara organisasi maupun kepramukaan itu sendiri. Sebagaimana layaknya sebuha organisasi, pramuka dituntut untuk menjalankan roda organisasi secara profesional. Dalam kepramukaan, pramuka bukan hanya belajar sandi maupun tali temali. Tapi semua belajar semua aspek kehidupan sebagaimana tercantum dalam dasa darma pramuka.

Sudah saatnya pramuka melakukan rebranding. Rebranding berbeda dengan remarking. Remarking dilakukan dengan cara mengubah merk agar masyarakat mengetahui akan sebuah produk baru meski dilakukan oleh pemain lama. tapi rebranding yang sebaiknya dilakukan oleh pramuka bukan dengan cara "berganti kulit" tapi dengan membuat pencitraan di kalangan masyarakat. Sehingga masyarakat tahu bagaimana pramuka itu sebenarnya.

Tapi, negeri ini tidak perlu menunggu pramuka melakukan pencitraan jika ingin mencontohnya. Bangsa ini sebaiknya belajar dari pramuka. Sebagimana saya menyinggung di awal, jika masyarakat tahu dan mengamalkan akan esensi dari pramuka, bisa menjadi salah satu alternatif kuat pembangunan negeri baik fisik maupun moral. Hanya dengan bermodal tri satya dan dasa darma pramuka, negeri ini bisa sedikit lebih baik dari pada sebagimana yang dirasakan oleh masyarakat. Para pemimpin baik pemimpin negeri, daerah, maupun keluarga terlalu banyak berjanji tapi masih banyak yang belum dilaksanakan apalagi yang dibaktikan. padahal janji adalah hutang dan setiap hutang akan diminta pertanggungjawaban berupa penagihan.

Mengutip pernyataan Bapak Pandu Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwana IX, "Walaupun saya telah mengenyam pendidikan barat yang sebenarnya, namun pertama-tama saya adalah dan tetap orang jawa." Dirgahayu Gerakan Pramuka Indonesnia, kiprahmu untuk negeri ini akan tetap dinanti.