Berbahaya Tapi "Asyik"

sering kita melihat tayangan televisi mengenai maraknya penumpang kereta listrik yang "tinggal" di atas gerbong, bukan di dalamnya. dan mungkin anda adalah salah satu dari sekian yang melakukannya. semua orang, termasuk yang melakukannya pasti sepakat kalau tindakan tersebut adalah berbahaya. dan seringkali kita mengutuk mereka dari sudut pandang bukan pelaku. bukan bermaksud membela mereka tapi sejenak kita berbicara sebagaimana mereka bicara. ini bukan bicara mau atau tidaknya membayar tiket kereta tapi berbicara "keasyikan". meski saya belum dan semoga tidak pernah naik ke atas gerbong, tapi bisa kita analogikan pada kasus yang lain.



dulu, ketika masih SMP, saya sering naik angkutan desa dengan cara bergelantungan di pintu mobil (tapi tidak seekstrim di gambar). bergelantungan pun dalam keadaan berdesakan. kadang pintu mobil "dihuni" enam penumpang, atau jika bertubuh kecil bisa lebih. jika menggunakan angkutan pick up yang diberi terpal sehingga pintu ada di belakang, jumlahnya bisa dua kali lipat. dalam bergelantungan, kami hanya mengandalkan satu tangan dan ujung kaki untuk menapak. jadi, jika lengah sedikit saja, fatal akibatnya. tapi, selama saya mengalami masa-masa seperti itu, alhamdulillah tidak pernah terjadi hal-hal buruk.

hal tersebut saat ini masih sering terjadi, tapi sejauh saya melihat di daerah saya, tidak lagi seekstrim dahulu. apakah orang tua saya tidak marah? tentu saja marah kalau ketahuan hehehe. mengapa dahulu saya melakukannya? karena tidak ada pilihan. memang sih ada pilihan lain seperti minta dijemput atau ikut bus yang jarang lewat (sekarang justru busnya sudah tidak ada). jika waktu masih siang, angkudes pintu samping (plat kuning) beroperasi, tidak akan pernah bisa naik kecuali para cowok bergelantungan. kursi/jok penumpang diprioritaskan untuk penumpang wanita dan lansia, demikian undang-undang tidak tertulis untuk penumpang. ketika waktu operasi plat kuning habis, digantikan dengan "angkutan ilegal" plat hitam dengan pintu belakang. sama halnya dengan plat kuning, jok hanya untuk wanita, anak-anak dan lansia. bahkan jumlah penumpangnya jauh lebih banyak daripada plat kuning. jika tidak ikut angkutan ini, tidak ada pilihan kecuali naik ojek yang mahal atau jalan kaki 4 km. syukur-syukur dijemput, kalau tidak ya tetap bergelantungan. satu tangan dan ujung kaki harus kuat.

jika kita bandingkan dengan naik di atas gerbong kereta mungkin tidak ada apa-apanya. jika jatuh dari gerbong hampir dipastikan mati (kecuali Tuhan berkehendak lain) sedangkan jatuh dari mobil bisa mati atau hanya luka parah. tapi, keduanya punya kesamaan, karena itu adalah pilihan terbaik atau bahkan tidak ada pilihan lain. pilihan lain mungkin ada tapi apakah realistis untuk digunakan pada waktunya dan secara intensif dari waktu ke waktu? kami dan mereka sadar kalau yang kami lakukan adalah salah dan berbahaya. tapi karena ini "mengasyikkan" maka kami memilihnya.

"mengasyikkan" bukan sekedar bersenang-senang melainkan karena itu yang harus dan telah dipilih maka dalam menjalankan pun dengan sepenuh hati. bayangkan jika ketika bergelantungan tidak sepenuh hati, hanya seenaknya saja, pasti terjatuh. jika di atas gerbong juga seenaknya saja juga pasti terjatuh. jika terjatuh, nyawa adalah taruhannya. jarang sekali penumpang yang demikian banyak menuntut. yg diinginkan hanyalah sampai tujuan dengan selamat. karena kami sedikit menuntut mohon kami jangan banyak dituntut.

mereka adalah manusia, jika berbuat demikian, perlakukanlah layaknya manusia. harapan kami, semoga kami tidak melakukannya lagi. agar kami tidak melakukannya lagi, mohon agar kami difasilitasi.

sumber gambar: http://antarafoto.com