Mobil Murah yang Masih Saja Mahal

macetpemerintah saat ini semakin gencar mengkampanyekan mobil murah. hal ini ditindaklanjuti oleh beberapa ATPM dengan memproduksi mobil-mobil murah, semisal Agya dan Ayla keluaran daihatsu, atau Brio keluaran dari Honda. sebelum mobil murah ini marak diberitakan, mereka para industri otomotif gencar memproduksi mobil keluarga semisal kijang innova, toyota avanza, daihatsu xenia, suzuki ertiga, dan masih banyak lagi lainnya. beberapa waktu yang lalu pula, negeri ini sempat dihebohkan dengan pemberitaan mobil buatan anak SMK yang bukan saja dari solo dengan Kiat-nya tapi juga dari berbagai daerah. tidak ketinggalan pula Dahlan Iskan sebagai menteri BUMN menggagas mobil listrik dan memang benar bisa digunakan.

dari sekian produk mobil yang disebutkan di atas, memang mobil murah atau Low Cost Green Car paling murah. tapi, murah atau mahalnya suatu produk itu relatif tergantung apa parameter yang digunakan dan siapa yang menilai. bagi pemerintah maupun industri otomotif, mobil baru dengan kisaran harga 70 hingga 100 juta adalah murah karena memang itu margin harga yang ditetapkan oleh mereka. hal ini karena dibandingkan dengan harga mobil yang biasanya dijual 150 juta atau mobil sport yang diparkir di sentul sana pasti jauh lebih murah. mobil listrik yang dicoba oleh dahlan iskan ketika ditabrakkan di jalan menganut konsep sporty sehingga bisa dibilang mahal.

untuk siapa mobil murah ini diproduksi? pemerintah mencanangkan mobil murah ini dengan maksud agar masyarakat tetap bisa memiliki mobil meski tidak bisa membeli mobil sekelas innova atau avanza. apakah mereka yang mampu membeli mobil mahal tidak akan menggunakan mobil murah ini? masyarakat kita adalah masyarakat yang aneh. meski murah dan untuk kelas bawah, jika itu sedang menjadi tren, mereka akan tetap menggunakannya. ini mirip dengan beras raskin atau BLT/BLSM, meski mereka tergolong mampu mereka tetap ingin memilikinya. bisa jadi mereka yang mampu membeli avanza, innova, atau ertiga akan membeli agya atau ayla langsung dua unit. kenapa dua unit? satu untuk istri dan satu untuk istri muda eh anaknya. sama saja dengan menambah kemacetan dong.

di atas sudah saya sampaikan, murah atau mahal itu relatif. bagi saya, harga 70 juta itu mahal karena parameter dan sudut pandang saya melihatnya berbeda. bagi saya yang sering bertemu dengan para petani, pedagang, buruh serabutan, dan sejenisnya, harga segitu bisa untuk membeli lima unit mobil lawas. masyarakat yang saya kenal, lebih menilai mobil dari fungsinya bukan gengsinya. jika kijang super atau suzuki carry bisa lebih bisa digunakan daripada agya atau ayla, maka mereka lebih memilih mobil itu. masyarakat menggunakan mobil yang bisa multifungsi. bisa digunakan untuk membawa dagangan ke pasar, bisa untuk dicarterkan untuk mengantar rombongan, dan bisa untuk mengangkut keluarga bepergian. jadi tidak ada alasan bahwa suami, istri, dan dua anak masing-masing menggunakan satu mobil paling banter mereka menggunakan motor masing-masing. jadi, volume kemacetan bukan karena mobil tetapi karena motor. bagaimana dengan sedan? memang sedang banyak berkeliaran di jalanan. sedan banyak digunakan memaing gar lebih keren. tapi apakah harga sedan yang ada di masayarakat kita di atas harga agya atau ayla? meski sedan, mereka juga lebih melihat fungsi bukan sekedar keren dan terlihat kaya.

harapan kami, masyarakat desa, bukan mobil murah dengan harga mencapai ratusan juta, tapi jangan hambat kami dalam menggunakan mobil yang kami anggap murah. bukan mobil baru yang kami butuhkan, kami memang menginginkannya, tapi kelancaran usaha kami itu yang lebih terasa indah. kami lebih suka bekerja dan mendapatkan nafkah dari mobil lawas kami daripada diberi uang secara cuma-cuma seperti pengemis, tapi kalau ada uang untuk kami, kami tidak menolak. :D