Manchester United, In Moyes We Trust (?)

sebenarnya saya bukan fans Manchester United (MU/ManUtd), bahkan saya tidak pernah sekali pun respect dengan MU. justru MU adalah salah satu tim yang tidak saya suka. entah kenapa, mungkin karena MU terlalu sering menang dan sudah terlalu mainstream. tetapi melihat kondisi MU saat ini yang sering kalah baik di liga domestik maupun internasional, saya merasa ada "sesuatu" di MU.



saya tidak akan berbicara dengan bahasa bola karena memang saya tidak paham. saya merasa para pemain dan fans dari MU kebanyakan bukan pendukung MU. mereka atau bahkan Anda hanyalah pendukung kemenangan. hanya tahu kalau MU menang dan tidak mau tahu jika kalah. atau istilah bekennya "glory hunters".



MU kini dimanajeri oleh David Moyes setelah Sir Alex memutuskan mundur. mau tidak mau kenyataan itu harus dihadapi. usia Sir Alex pasti akan semakin tua dan tidak akan selamanya menjadi manager MU. harus ada nahkoda baru yang menanganinya.



sebagai penerus dari sang pahlawan memang tidak mudah. filosofi sepakbola MU yang ada sekarang harus dipahami bahwa bukan lagi filosofi Sir Alex melainkan filosofi Moyes. ia harus diberi kesempatan untuk membumikan filosofi sepakbola miliknya ke lapangan hijau. ketika para pemain masih belum bisa move on dari perasaah "harus ferguson" maka filosofi yang dijalankan oleh Moyes tidak akan berguna. begitu pula dengan fans, ketika masih belum bisa move on, maka MU juga tidak akan bisa move on.



Sir Alex pernah membawa MU ke peringkat 11 di awal "kekuasaannya" kemudian naik ke peringkat 2 dan jatuh lagi ke peringkat 11. perbedaannya dengan sekarang, MU sudah terlalu tinggi terbang. ketika terjatuh maka terasa sangat sakit.



fans MU di Indonesia harusnya cerdas. MU bukan klub lokal maupun timnas. maka jika hanya menjadi glory hunter, para fans hanya akan menjadi kecewa dan bodoh. lebih baik mendukung klub tersebut dalam keadaan terbang maupun terbenam.