Mereka Menolak PKS

logo pkssebenarnya saya sedang ingin istirahat dan buka-buka facebook. eh, saya menemukan sebuah link yang dikomentari teman mengenai agenda rahasia PKS, kesaksian mantan kader. saya di sini tidak ingin menyanggah maupun membenarkan karena saya tidak memiliki kapasitas apa pun. saya pun bukan simpatisan PKS. saya hanya tertarik dengan salah satu statement di pernyataan tersebut mengenai "nahnu du'at qobla kulli sya'i" dan "sami'na waatha'na". dua doktrin tersebut membuat kader PKS menjadi kader yang militan.


sebelumnya, berkaitan benar atau tidaknya beliau ini adalah mantan kader PKS saya tidak peduli. saya memang pernah hidup dalam sistem lembaga dakwah kampus tetapi belum sampai tahap sebagaimana beliau rasakan. ibaratnya, ia sudah terbang setinggi elang di angkasa, saya baru belajar meloncat. berkaitan dengan benar tidaknya agenda PKS sebagaimana yang beliau katakan, saya juga tidak peduli. karena saya merasa ada kontradiksi di dalamnya. dan saya tidak tertarik untuk membahas kontradiksi tersebut.


kembali ke dua doktin di atas, apakah keduanya salah? apakah menjadi kader yang militan itu salah? apakah membentuk masyarakat yang militan itu juga salah? doktrin yang pertama, berkaitan dengan tindakan yang all out. bisa dibilang ketika kita melakukan sesuatu jangan setengah-setengah. apalagi dalam kegiatan dakwah. saya termasuk orang yang belum bisa melaksanakan yang pertama ini. karenanya saya tidak akan membahas lebih lanjut tentangnya.


doktrin kedua, sami'na waatha'na. merasa tidak asing? tentu saja, jika Anda orang yang rajin shalat berjamaah, Anda akan mengucapkannya. ketika imam menyuruh meluruskan dan merapatkan shaf, kita akan menjawabnya yang artinya kurang lebih "saya mendengar dan taat". bagaimana jika dilakukan di kehidupan yang lebih luas? kita mendengarkan dan taat dengan apa yang disampaikan oleh pemimpin. tentu saja ketika ucapan dan tindakan pemimpin itu bukanlah tindakan kedzaliman.


kita ini seringnya berbicara terus tapi tidak mau mendengarkan, tidak terkecuali kepada pemimpin kita. pemerintah menyatakan A, kita langsung membantahnya tanpa mau mendengar apa alasannya. behkan lebih parahnya, karena hati kita telah buta dan telinga kita telah tuli, meski pemerintah memberikan alasannya kita mencari-cari alasan untuk membenarkan suudzan kita itu.


bagaimana negeri ini bisa maju jika rakyatnya tidak mau sehati dengan pemimpinnya? bukan salah pemimpinnya yang tidak bisa memimpin tapi karena rakyatnya yang memang tidak mau dipimpin. rakyat maunya jadi pemimpin. jika ada sepuluh juta jiwa rakyat Indonesia, semuanya ingin jadi presiden siapa yang jadi rakyatnya? ketika presiden telah terpilih dan semua rakyat merasa jadi pemimpin apa gunanya presiden?


kita terlalu sombong untuk menolak sebuah pesan. karena itu berkaitan dengan PKS atau pun ikhwanul muslimin kita tidak mau mengambil hikmahnya. padahal mereka juga saudara kita seiman. jika suatu saat salah satu kader PKS atau memiliki faham yang sama dengan PKS, bisa jadi kita akan tetap sombong. wong ketika kita dipimpin oleh orang non-PKS saja tetap saja sombong. intinya, orang Indonesia itu sombong karena tidak mau manut dengan presidennya dan semua ingin jadi pemimpin. :D