Air, Kesehatan dan Keyakinan

Tahun lalu, tim dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman didampingi oleh Camat Kecamatan Tempel bertempat di rumah Kepala Dukuh Soka Binangun mengadakan sosialisasi terkait konservasi air. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan bahwa sosialisasi tentang konservasi air bukan sebuah penyampaian yang mudah. Berbeda dengan penyuluhan pertanian dimana hasil dari pertanian nampak nyata di hadapan petani, tetapi konservasi air tidak akan terlihat secara kasat mata. Oleh karena itu, berbicara tentang air lebih berbicara tentang keyakinan masyarakat.

Di Kecamatan Tempel dan sekitarnya (Turi, Sleman, Mlati, dll) keberadaan air bukan sesuatu yang mengkhawatirkan. Sehingga sosialisasi mengenai konservasi air bukan sesuatu yang luar biasa. Begitu juga dengan kesehatan yang berkaitan dengan air, masyarakat dapat mengakses relatif lebih mudah daripada daerah lain.



[caption id="attachment_2021" align="aligncenter" width="300"]Selokan di tengah kebun salak di Turi Selokan di tengah kebun salak di Turi[/caption]
Akan berbeda halnya jika berbicara mengenai air bersih dan sehat di daerah yang tergolong daerah kering atau tempat dimana air begitu langka bagi mereka. Masyarakat akan mengkonsumsi air bagaimana pun kondisi airnya. Bukan saja air yang bersih dan sehat, air yang kotor dan tidak sehat pun jika itu satu-satunya air yang tersedia, mereka akan tetap mengkonsumsinya. Bagi mereka, itu adalah air yang bersih dan sehat karena mereka terbiasa mengkonsumsinya. Sekali lagi air bersih dan sehat adalah keyakinan.

Begitu juga dengan masyarakat di bantaran sungai sebagaimana yang sering diberitakan oleh media massa, mereka akan mengkonsumsi air sungai untuk kebutuhan MCK (mandi, cuci, kakus), mencuci alat makan/minum, bahkan mereka gunakan juga untuk dikonsumsi makan/minum. Meski kondisi air sungai begitu kecoklatan dan di sana-sini digunakan untuk membuang sampah, masyarakat tetap saja mengkonsumsinya. Bagi mereka, air yang tersedia tersebut dianggap bersih dan sehat karena dianggap tidak pernah berpengaruh kepada kesehatan mereka. Di sini juga, air bersih dan sehat adalah keyakinan.



[caption id="attachment_2022" align="aligncenter" width="225"]Air digunakan untuk membersihkan abu vulkanik Air digunakan untuk membersihkan abu vulkanik[/caption]
Begitu juga di sekitar kita yang mana air bersih cukup tersedia, termasuk di Kecamatan Tempel, Turi, dan sekitarnya, akan meyakini bahwa air yang dikonsumsi adalah air yang bersih dan sehat. Sekali lagi itu adalah sebuah keyakinan. Masyarakat tidak pernah mengetahui apakah air yang dikonsumsi benar-benar berih dan sehat. Masyarakat secara sederhana menilai air yang bersih dan sehat melalui tiga hal, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Tetapi mereka tidak pernah tahu apakah air sumur yang dikonsumsi telah tercemar oleh septic tank tetangganya atau tidak. Mereka pun tidak pernah tahu apakah air yang dikonsumsi tercemar kotoran kandang, pestisida, atau cemaran pertanian lainnya.

Di acara NgaBLOGburit offline di Klaten, ada salah satu peserta bertanya kepada Bapak Heru Hendrayana, mengapa ketika mengkonsumsi AQUA dari mata air lain rasanya berbeda. Begitu pula yang disampaikan oleh sahabat dari Bandung yang sedang berkunjung ke Jogja, ia mengatakan bahwa AQUA di Jogja rasanya manis. Hal ini membuktikan bahwa air yang bersih dan sehat tidak semata-mata tidak berasa. Hal ini tergantung oleh mineral yang terkandung dalam air tersebut.



[caption id="attachment_1974" align="aligncenter" width="300"]Ngablogburit Pak Heru Hendrayana di acara NgaBLOGburit Klaten[/caption]
Bapak Heru Hendrayana pun menyampaikan bahwa air yang sehat bukanlah air yang 100% berupa H2O melainkan air yang di dalamnya terkandung mineral. Saya jadi teringat dengan ketika saya masih di salah satu perusahaan pupuk nasional, air yang 100% berupa H2O digunakan di pabrik untuk pendingin semacam radiator yang berukuran raksasa. Dan air tersebut bukan untuk dikonsumsi oleh tubuh. Salah satu syarat agar air dapat mengandung mineral dan layak dikonsumsi adalah telah masuk ke dalam tanah atau yang sering kita sebut dengan air tanah dan memiliki life time yang cukup di sana. Agar tercapai hal tersebut, maka keberadaan pepohonan di sekitar kita adalah mutlak.

Meski air bersih dan sehat di masyarakat masih berupa keyakinan yang mengalahkan ilmu alam, tetapi untuk mewujudkan Indonesia yang sehat, perubahan pola hidup harus dilakukan. Perlahan tapi pasti, jika dilakukan maka akan besar manfaatnya di masa mendatang. Tidak ada kata terlambat untuk berubah karena zaman dan kehidupan pun akan terus berubah.