Hai Pejabat, Jaga Mulutmu!

Miris dan sedih melihat para pejabat kini berlomba-lomba mengeluarkan kata-kata kotor. contoh paling sederhana dan terbaru, Ahok sering sekali dan dengan mudahnya mengucapkan kata-kata yang tidak pantas (tidak perlu saya sebutkan, Anda tahu sendiri lah) kepada pejabat lain bahkan kepada masyarakat secara langsung. bahkan sering ucapan tersebut disampaikan ketika acara live tv, atau diucapkan langsung di lapangan, dan ditulis ulang di media cetak atau online. DPRD DKI pun menghujat Ahok dengan kata-kata yang tidak pantas juga. Hai Pejabat, Jaga Mulutmu!

Mungkin para pejabat, tidak terbatas hanya dua entitas tersebut di atas, tidak sadar kalau mereka ini adalah pejabat. atau bisa jadi mereka malah merasa mentang-mentang jadi pejabat lalu bisa sesuka hati melakukan apa pun, termasuk berucap. Di situ saya kadang merasa sedih. bukankan dahulu ketika mereka sebelum menjabat ada proses fit and proper test? apakah uji kepatutan dan kelayakan sudah dilakukan dengan benar atau justru hanya menjadi formalitas saja?

Mungkin ada yang bilang, di luar jawa mengucap hal-hal semacam itu adalah hal yang biasa. tapi, apakah kebiasaan itu bersifat baik dan benar? atau justru hanya membenarkan hal yang sudah biasa? saya meskipun belum mempelajari adat kebiasaan dan budaya di luar jawa, merasa yakin betul bahwa di sana berucap pun dianjurkan dengan kata-kata yang baik. saya yakin bahwa mengucapkan kata-kata kotor tidak dibenarkan di mana pun kita tinggal baik di dalam maupun luar negeri.

Mungkin ada lagi yang bilang lebih baik bicara kotor daripada tidak bisa menangkap koruptor. apakah selama ini KPK dalam menangkap koruptor selalu ditemani dengan kata-kata kotor? tidak bukan. mereka bekerja dengan aksi bukan dengan mulut. lalu apakah mereka, para koruptor, pencuri, penjahat, akan tobat jika dipanggil dengan kata-kata kotor? justru mereka semakin menjadi-jadi.

Saya tidak pernah sepakat dengan lirik lagu Bang Iwan Fals "urus saja moralmu urus saja akhlakmu, peraturan sehat yang kami mau". lupakah kita dengan pelajaran PMP atau PPKn (entah sekarang nama pelajarannya apa) bahwa norma itu ada (1) norma agama, (2) norma kesopanan, (3) norma kesusilaan, (4) norma adat, dan (5) norma hukum. dari kelimanya, kita selalu bicara hukum hukum dan hukum. dimana norma-norma yang lain? dimana norma kesopanan yang menjaga lisan kita dari ucapan yang tidak semestinya?

Jika Anda merasa urusan uang dan perut lebih penting daripada urusan ucapan kotor, negeri ini terlalu mahal untuk diungkapkan dengan kata-kata kotor. negeri ini dibangun bukan hanya dengan keringat dan darah, tetapi juga dengan budaya yang hidup selama ribuan tahun. selama itu pula para pendiri negeri ini menjaga diri dari sikap dan ucapan yang tidak baik, lalu dengan seenak udel kita meruntuhkan dengan ucapan lisan yang tidak baik. pernahkah kita mendengar pidato Bung Karno, Bung Tomo, Ki Hajar Dewantara, dan pejabat lain dengan ucapan sebagaimana yang diucapkan pejabat kita akhir-akhir ini?

Negeri ini diisi bukan hanya oleh penjahat yang harus selalu dimaki-maki. bahkan di penjara sekali pun, sikap dan ucapan harus dijaga. negeri ini juga diisi oleh ibu-ibu beserta anaknya yang suatu saat akan meneruskan perjuangan dan membangun negeri. jika otak anak-anak, baik yang sudah terlahir maupun belum, diisi dengan kata-kata jorok dari pejabat negerinya, sesungguhnya masa depan negeri ini telah digadaikan dengan keburukan.



Hai pejabat, jaga mulut kalian. Kalian dipilih bukan untuk misuh tapi untuk kerja. Para ibu dan calon ibu berhak menangis jika lisan kalian tidak dijaga. bukan karena sakit hati karena ucapan kalian menyakiti mereka, tetapi karena anak-anak dan calon anak juga mendengar ucapan kalian. ibu-ibu akan menjadi sedih jika anak-anaknya, yang suatu saat seharusnya menjadi pengantar orang tua ke pintu surga, menghujat dan memaki ibunya sendiri. dan berdosalah kalian jika anak-anak ini belajar menghujat dari kalian.


Hai pejabat, jaga mulut kalian. jika kalian tidak bisa bersikap dan berucap baik, silakan kalian turun dari jabatan dan pergi ke negeri antah berantah yang di sana bebas berucap dengan kata sekotor apa pun yang kalian suka, asal jangan di Indonesia tanah ibu pertiwi.