Keresahan di Balik Kenaikan Harga

Sejak pemerintahan Pak Jokowi dan Pak JK, saya merasa semua produk konsumsi mengalami ketidakstabilan. bahkan harga-harga cenderung naik. seperti gas LPG, listrik, BBM yang naik turun, kini beras pun sempat mencapai Rp 10.000,-. kurs dolar pun mencapai titik tertinggi sejak 1998 yaitu Rp 13.000,-. tapi siapa lah saya yang tidak punya kemampuan untuk menurunkan harga dan menstabilkan urusan moneter. tetapi di sisi lain saya merasa ada yang aneh dengan semua itu termasuk hal-hal yang berkaitan dengan hukum yang semakin hari diberitakan semakin runyam. semoga ini hanya dugaan saya saja. ada keresahan di balik kenaikan harga.

Saya merasa mungkin perasaan saya saja bahwa kenaikan harga-harga tersebut ada karena by design. maksudnya ada pengambilan untung dari hasil penjualan komoditas tersebut untuk hal-hal lain. masih jelas di pikiran kita beberapa waktu yang lalu ketika harga minyak dunia turun dan harga BBM di negara tetangga turun, di negeri kita justru harganya naik. begitu pula dengan gas, beras, dan lain-lain. setiap liter atau setiap kilogram pasti ada untungnya. untung berupa uang tunai tersebut dikumpulkan, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit, artinya jumlahnya menjadi sangat besar.

Kita juga ingat bahwa banyak proyek infrastruktur dijanjikan capres ketika masa kampanye dulu. satu contoh saja (meski tidak terbatas pada ini) yaitu tol laut. tol laut tentu saja perlu perbaikan pelabuhan yang jumlah secara kuantitas maupun biaya sangat besar. darimana uang untuk membangun itu? investor tentu ada. biaya sendiri mungkin juga ada. dari mana? dari hasil untung penjualan BBM, LPG, beras, dll.

Apakah itu termasuk korupsi? mungkin saja iya karena menggunakan anggaran kepada pos yang tidak semestinya. dan tentu saja ada oknum yang mendapat keuntungan pribadi oleh proyek-proyek itu. oleh karena itu, KPK dan Polri menjadi wayang yang dihadapkan dalam pertempuran.

Final output dari proyek ini bisa jadi adalah suksesnya branding bahwa mereka, orang-orang yang berbicara di proyek telah berhasil membuat sesuatu untuk Indonesia. suatu saat mereka akan berkata "persetan dengan akhlak, kami membuat kebanggaan dengan cara kami sendiri". hal ini hampir sama dengan branding mereka tentang menteri Susi yang merupakan seorang perokok dan bertato yang dibandingkan dengan tokoh wanita berjilbab lebar tetapi tidak menjadi menteri.

Lalu siapa kah mereka? ya saya tidak tahu. dan semua yang saya tulis ini hanya dugaan atau perasaan saya saja. benar atau tidaknya kita lihat lima atau sepuluh tahun mendatang. ini hanya keresahan di balik kenaikan harga. :)