Cadel Tetapi Berani Bicara

[caption id="attachment_389" align="alignleft" width="150"]remaja, ABG Pura-puranya jadi trainer :) (2008)[/caption]
Beberapa pekan tidak mengupdate tulisan itu rasanya ada yang aneh. alhamdulillah ada stimulus sehingga bisa menulis lagi. lightofwomen mengadakan kompetisi menulis tentang #beranilebih. secara sekilas saya langsung terpikir ini hampir sama dengan iklan seluler dimana si talent yang memiliki badan gemuk tetapi bisa bergelantungan di tali atau si talent yang terlihat garang bertato tetapi bisa bermain harpa. dan seketika itu pula saya ingat dengan kehidupan saya ketika masa sekolah yang mana saya selalu diejek karena kekurangan saya yaitu cadel.

Hampir setiap dari kita kalau diejek akan merasa marah. sama seperti saya, waktu itu jika saya diejek juga marah. beberapa teman saya yang kena ejek karena kelemahan masing-masing, ujung-ujungnya anarki. saya pernah kesal dan ingin melampiaskan dalam tindakan anarki tetapi alhamdulillah tidak berlanjut.

Tetapi sekarang kondisinya sudah berbeda. ibarat kecil diberi makan rebung sekarang sudah muka gedhek/tembok, saya sudah kebal. tentu saja kekebalan ini perlu proses. awalnya saya di SMA ikut rohis dan pramuka. di sana saya perlahan tetapi pasti terbiasa berbicara di depan forum. bahkan tidak jarang saya menjadi MC pengajian akhir bulan yang mana pesertanya adalah seluruh warga sekolah. awalnya grogi tetapi lama kelamaan terbiasa juga. saya seolah sudah lupa dengan kecadelan saya.



[caption id="attachment_2239" align="aligncenter" width="300"]Sebelum berdirinya CENTRIS :) Sebelum berdirinya CENTRIS :)[/caption]
Ada suatu rasa puas yang saya rasakan saat itu. selain di rohis dan pramuka, saya ikut di salah satu divisi di OSIS. bisa dibilang level saya di OSIS sangat rendah. pernah beberapa kali kejadian, saat sharing program kerja ataupun LPJ, koordinator divisi saya tidak berani berbicara di depan publik. dan ujung-ujungnya saya yang disuruh tampil. saya bisa saja menolak hal tersebut sebagai bentuk "balas dendam" saya kepada koordinator saya itu yang sering mengejek saya. tetapi di sisi lain, saya punya tanggung jawab pula atas kerja divisi ini.

Keterbiasaan saya berbicara di depan forum berlanjut di bangku kuliah. alhamdulillah ketika saya berbicara sudah tidak lagi mempedulikan kecadelan saya. saya sudah acuh tak acuh ketika ada yang membicarakan kecadelan saya di bangku audience. di kampung pun saya alhamdulillah sudah terbiasa pula entah audience-nya anak-anak, pemuda, ataupun seluruh warga. tetapi ada hal yang saya belum berani yaitu manjadi MC acara nikahan dan acara dangdutan :)

Berbicara di depan publik ada yang menilai hal yang susah tetapi ada yang menilai biasa saya. hal ini tergantung keterbiasaan. orang yang belajar public speaking secara teori saja ketika harus tampil juga akan hilang ilmu teori yang dimilikinya. tetapi bagi orang yang sudah terbiasa ketika diberi teori akan lebih mudah untuk melakukannya.

Saya sering terpikir dan bersyukur, jika saya kala sekolah dulu tidak nekat dan hanya berkutat dengan rasa malu dan rasa takut karena cadel, bisa jadi sampai saat ini akan sama kondisinya. #BeraniLebih tampil di balik kekurangan adalah sebuah aset yang suatu saat insya Allah akan bermanfaat di masa mendatang. :)

facebook: /duabelasdualima
twitter: @f_nugroho

Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi menulis pendek #BeraniLebih oleh @lightofwomen



[caption id="attachment_2237" align="aligncenter" width="300"]#BeraniLebih #BeraniLebih[/caption]