Alasan itu Jumlahnya Banyak

Sewaktu saya di perusahaan dulu, di PT Efrata Retilindo yang merupakan produsen dan pemilik merk Bateeq, pernah suatu hari kita-kita staf produksi di-meeting oleh Bu Kabag. Saya lupa waktu itu sedang membahas tentang apa, tetapi ada satu hal yang menjadi pesan beliau, dan beliau mengutip pesan dari pemilik perusahaan, ada tiga hal yang jumlahnya sangat banyak sebagaimana di gambar.


Di dunia ini ada tiga hal yang jumlahnya sangat banyak, yaitu (1) bintang di langit, (2) pasir di pantai, dan (3) alasan. Sebenarnya poin satu dan dua hanya sebagai pengantar untuk menemani poin ke tiga, yaitu alasan. Jadi, tidak perlu lah diperdebatkan jika ada benda yang lebih banyak daripada kedua poin tersebut.

Alasan, sesuatu yang sederhana tetapi memang jumlahnya banyak. Seringkali alasan digunakan untuk menghalalkan ketidakmampuan atau lebih parahnya ketidakmauan kita untuk mengerjakan sesuatu. Alasan menjadi pelarian ketika kita tidak mau atau tidak mampu.

Semisal ketika kita terlambat sekolah atau bekerja, kita menggunakan kemacetan atau ban bocor sebagai alasan. Jika kita bisa terlambat lima menit karena macet, mengapa kita tidak berangkat lima menit lebih pagi agar terhindar dari kemacetab. Pun demikian dengan musibah ban bocor yang bisa mengakibatkan terlambat, kita bisa mengantisipasinya sehingga keterlambatan tidak semakin lama.

Alasan tidak bisa sangat mungkin bisa dipatahkan. Tidak bisa itu mungkin ada semisal membalik putaran bumi, itu di luar kemampuan kita. Tetapi untuk pekerjaan sehari-hari bisa jadi kata tidak bisa itu lebih tepat pada tidak mau atau tidak mau bisa atau memang belum bisa. Sehingga jalan yang bisa dilakukan adalah dengan memaksa diri agar mau bisa.

Saya menulis ini pun sama saja menyindir saya sendiri karena memang saya masih terlalu banyak alasan untuk mengerjakan berbagai hal. Tetapi dengan saya menulis ini saya bisa memberi kontrol diri agar tidak semakin banyak alasan yang saya keluarkan. Karena memang alasan itu jumlahnya sangat banyak dan tidak terbatas. :)