Mencari Calon Pemimpin Fundamentalis

Tahun 2017 merupakan salah satu tahun demokrasi. Setidaknya 7 Provinsi, 18 Kota, dan 76 Kabupaten di Indonesia akan mencari pemimpinnya. Masing-masing daerah memiliki potensi sumber daya serta potensi masalahnya tersendiri. Sehingga calon pemimpin untuk masing-masing daerah akan berbeda dengan daerah lain. Calon kepala daerah bukanlah obat segala penyakit untuk semua daerah. Akan tetapi, dia yang nantinya terpilih untuk setiap daerah memiliki kesamaan kriteria.

Fundamentalis selalu diasosiasikan dengan sikap kolot, ortodok, kaku, saklek, tertutup akan perubahan. Kamus besar bahasa Indonesia pun mengatakan hal yang kurang lebih demikian. Bahkan ada yang mengarahkan ke sikap arogan, radikal, hingga terorisme. Sudah saatnya kita mengubah makna dari fundamentalis ke arah yang positif.

Fundamental adalah sikap yang memiliki dasar dalam setiap perbuatannya. Fundamental adalah fondasi atas perbuatan. ibarat rumah, ketika fondasinya rapuh, maka bangunan itu juga akan rapuh. Orang yang memiliki akar kepribadian yang kuat atau orang yang memiliki prinsip adalah orang yang setiap perbuatannya memiliki dasar hukum. Ia tidak akan bersikap gegabah, sembrono, atau sekedar mengikuti hawa nafsunya.

Manusia adalah makhluk ber-Tuhan. Pun dengan Indonesia, sebuah bangsa dengan pancasila dengan sila pertama "Ketuhanan yang Maha Esa". Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang takut kepada Tuhannya melebihi ketakutannya kepada siapa pun, termasuk masyarakatnya ataupun kepada partai pendukungnya. Ketakutannya berbeda dengan ketakutan bertemu dengan sesama makhluk melainkan takut jikalau perbuatannya tidak termasuk dalam ibadah kepada Tuhannya. Setiap perintah dan larangan Tuhan tidak akan pernah mencelakakan makhluk-Nya. Hanya saja manusia sering tidak bisa membaca firman Tuhannya.

Ketika seorang pemimpin telah takut kepada Tuhannya, maka ia tidak akan menjadi "pelacur" politik. Ia tahu jika korupsi, mencuri, membohongi rakyat, jual beli barang haram, dan tindak kriminal lain adalah tindakan yang dibenci oleh Tuhannya, maka ia tidak akan melakukannya. Tidak ada satu pun agama di dunia yang memperbolehkan kriminalitas. Bahkan jika rakyat sekalipun yang menginginkan pemimpinnya bersikap sebagai kriminal, ia tidak akan melakukannya karena ia lebih takut kepada Tuhannya.

Pemimpin adalah contoh teladan bagi rakyatnya. Jika seorang pemimpin bersikap sebagai pencuri, maka rakyatnya akan meniru apa yang dilakukan oleh pemimpinnya itu. Akan tetapi tidak berlaku sebaliknya. Jika perbuatan baik yang dilakukan oleh pemimpin, rakyat yang dipimpinnya belum tentu semua akan menjadi baik. Memang mengajak kepada keburukan jauh lebih mudah daripada mengajak kepada kebaikan. Keteladanan bukan sebuah program komputer yang ketika dinyalakan maka seketika akan mengubah sistem. keteladanan adalah proses yang memerlukan kontinyuitas. Keputusasaan bukanlah sikap yang disukai oleh Tuhan. Sehingga seorang pemimpin yang berfondasi kepada ketakutan kepada Tuhan tidak akan berputus asa jika rakyatnya belum mau diajak kepada kebaikan.

Indonesia adalah negara hukum. Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa hidup hanya sekedar atas azas suka dan tidak suka. Setiap aturan yang ada dan yang dijalankan memiliki dasar hukum di atasnya. Oleh karena itu, dalam menjalankan kehidupan bernegara, seorang pemimpin fundamentalis akan melihat apakah apa yang dikerjakannya untuk masyarakat melanggar aturan ataukah tidak. Kadang kebaikan tertutupi oleh sesuatu yang hanya terlihat baik.

Sikap fundamentalis memiliki pengertian yang kurang lebih sama dengan sikap profesional. Profesional adalah sikap dalam mengerjakan suatu pekerjaan sesuai dengan bidang kompetensinya. Ketika seorang pemimpin di suatu daerah akan menjalankan pembangunan, ia akan memanggil orang-orang yang berkompeten untuk mengurusinya. Bukan sikap yang arif jika urusan pertanian diberikan kepada ahli politik hanya karena titipan dari partai pendukung.

Oleh Tuhan, manusia telah dikarunia oleh ilmu. Dan setiap manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu. Untuk ilmu keagamaan, tentang bagaimana mengenal Tuhannya, bagaimana beribadah kepada-Nya, dan hal-hal yang terkait kehidupan vertikal dengan Tuhan-nya itu, setiap manusia wajib untuk mempelajarinya. Akan tetapi untuk ilmu keduniawian manusia berhak untuk menentukan sendiri keilmuan apa yang mau didalami hingga ia menjadi ahli. Dalam sebuah daerah, tentulah ada ahli-ahli di bidangnya masing-masing. Jika pun di daerah itu tidak ada ahli akan suatu bidang sedangkan bidang tersebut sangat dibutuhkan di sana, tidak ada salahnya jika mengambil ahli dari daerah lain. Hal yang demikian dibutuhkan sikap profesionalisme dari pemimpinnya. Jika seorang pemimpin memaksakan bahwa suatu bidang diserahkan kepada orang yang bukan bidangnya, maka ia telah bersikap dzalim.

Salah satu yang tidak kalah penting dalam memilih pemimpin di daerah adalah melihat siapa partai atau kelompok di balik pengusungannya sebagai orang nomor satu. Mungkin paradigma akan tidak bergunanya partai politik di masyarakat sudah terlalu akut. Akan tetapi, kita harus ingat akan prinsip persahabatan. Seseorang yang bersahabat dengan tukang minyak wangi akan tertular wanginya meski ia tidak ikut menjadi tukang minyak wangi. Di sisi lain, jika ia berteman dengan pandai besi, maka ia akan tertular bau sangit, terkena abu, atau bahkan terbakar dan hangus, padahal ia tidak pula menjadi pandai besi. Jika kita tidak bisa menilai seseorang secara langsung, maka cara termudah untuk menilai ia orang yang baik atau tidak adalah dengan melihat siapa temannya. Kedekatannya dengan Tuhan bisa saja hancur gegara pengaruh buruk dengan teman-temannya. Jadi, pemimpin yang baik akan menjaga diri dengan siapa ia bergaul.

Idealitas adalah hal yang mustahil, termasuk dalam hal memilih pemimpin. Akan tetapi jalan menuju kesana adalah sesuatu yang bisa diperjuangkan. Tuhan melihat proses, sedangkan manusia lebih suka melihat hasil. Dicintai Tuhan jauh lebih penting daripada dicintai manusia. Dan menjauhkan masyarakat dari kemurkaan Tuhan adalah sikap jauh lebih jantan daripada membiarkan masyarakat dimurkai oleh Tuhannya secara berjamaah. Pemimpin fundamentalis tidak muncul secara tiba-tiba melainkan dilahirkan dari lingkungan yang baik. Pemimpin fundamentalis bukan untuk dibenci dan difitnah melainkan ia yang akan mencintai kita untuk cintanya kepada Tuhannya.

"Tulisan ini diikutsertakan pada lomba Pemimpin Ideal untuk Rakyat"
Pemimpin Ideal Untuk Rakyat
Pemimpin Ideal Untuk Rakyat