Tahun Baru, Ramai Pengunjung tapi Warung Sepi (?)

Masih belum bisa move on dari suasana liburan tahun baru? Terlebih liburan tahun baru kali ini sekaligus sebagai penutup liburan sekolah. Anda menghabiskan liburan tahun baru dimana? Kalau saya di Pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. Alasannya sederhana, bukan karena sangat ingin berwisata, tapi memang saya main ke rumah kakak saya yang letaknya di komplek warung-warung Pantai Parangtritis. Kalau mau pesan makanan atau kamar, bisa di losmentrisari.blogspot.com. 😁

Tahun Baru, Ramai Pengunjung tapi Warung Sepi

Tidak perlu lah saya terlalu banyak berbicara bagaimana ramainya Pantai Parangtritis di malam dan siang hari tahun baru. Yang pasti pengunjungnya bejibun. Bahkan menurut kabar yang ada, petugas TPR sempat menggratiskan tiket masuk Pantai Parangtritis gara-gara pengunjung yang sangat besar jumlahnya. Tetapi, di balik ramainya pengunjung, ada yang berbeda dirasakan oleh mbak saya beserta para pedagang di komplek Pantai Parangtritis. Yaitu jumlah pengunjung yang berbelanja di liburan tahun baru ini tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya.

Memang sih, lumayan banyak pengunjung yang berbelanja, tetapi bagi mereka-mereka yang setiap harinya berdagang di sana, rasanya seperti liburan biasa bukannya seperti liburan tahun baru. Dua tahun lalu, dan sebelum-sebelumnya, mereka para pedagang ketika libur tahun baru bisa kehabisan barang dagangan. Nasi pun sampai pada kehabisan. Tetapi berbeda dengan tahun ini, sisa dagangan masih banyak, dengan jumlah barang kulakan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Apakah karena jumlah pengunjung yang menurun? Rasa-rasanya tidak. Jumlah pedagang pun tidak bertambah terlalu besar. Bisa jadi banyak faktor yang bisa berpengaruh pada penurunan omzet penjualan pedagang di Pantai Parangtritis. Apakah karena mereka para pengujung hanya semata-mata berekreasi dan tidak ingin berbelanja, atau karena efek penurunan daya beli, atau karena efek pedagang nakal yang beritanya viral di media sosial, atau karena faktor-faktor lain?

Jika memang ini karena faktor ekonomi makro, bisa jadi fenomena ini bukan hanya terjadi di Pantai Parangtritis. Jika karena efek sikap dari pengunjung yang memilih hanya liburan tanpa berbelanja, mengapa? Padahal dahulu setiap liburan pasti belanja minimal sekedar makan untuk mengisi perut. Apakah karena faktor viralnya berita tentang pedagang nakal? Di Pantai Parangtritis dan banyak tempat lain sudah memasang list harga yang rasa-rasanya sangat murah untuk sekelas tempat wisata. Karena nila setitik rusak susu sebelanga.

Mungkin ini bisa jadi ide bagi para akademisi dan peneliti untuk menemukan apa yang sedang terjadi di sini. Ibarat dokter, sebelum memberi obat dan menyembuhkan, harus menemukan terlebih dahulu apa penyakitnya dan apa pula penyebabnya. Perlu penelitian yang sebenarnya agar kita tidak sekedar menduga-duga mengenai apa yang terjadi. Apakah Anda tertarik meneliti? Jumlah pengunjungnya besar tapi yang warung-warung kok sepi. 😞