Go-jek dan Traveloka Menjadi Sponsor Liga 1

Sebuah berita yang menarik ketika pertama kali saya mendengar bahwa go-jek dan traveloka akhirnya menjadi sponsor utama liga sepakbola kasta tertinggi di Indonesia, Liga 1. Terlepas dari pro kontra mengenai aturan yang dibuat oleh operator liga, terikatnya go-jek dan traveloka adalah sebuah hal yang menunjukkan bahwa kehidupan digital telah benar-benar menguasai kehidupan kita.

Jika melihat masa lalu, liga sepakbola Indonesia pernah disponsori oleh beberapa produk rokok, semisal dunhil, djarum, dan dji sam soe. Ada pula Bank Mandiri pernah "menguasai" persepakbolaan Indonesia. Yang terakhir adalah kopi Tora Bika. Pernah sih ada sponsor dari seluler semisal ti-phone dan esia. Tetapi, apakah keduanya merupakan gebrakan di eranya?

Go-jek dan traveloka awalnya start up digital yang kini berkembang menjadi "kebutuhan pokok" masyarakat. Go-jek, telah mengubah frame masyarakat mengenai ojek. Go-jek pun setelah hidup dari dunia ojek, kini bertansformasi menjadi layanan serba bisa (lihat gambar). Traveloka telah mengubah kehidupan masyarakat dari antri tiket menjadi klik dan klik. Semua sisi kehidupan kini dikendalikan oleh jari.

Di belasan lalu, dunia online banyak dipandang sebelah mata. Kemudian berkembang bahwa dunia online menjadi alternatif dalam bisnis tetapi tidak menggantikan dunia offline, bahkan hanya sekedar "keren-kerenan". Tetapi kini, dunia digital telah menjadi kebutuhan. Mau kemana-mana atau beli apa yang dilihat pertama adalah gadget. Sehingga proses bisnis, mengembangkan dunia digital adalah kewajiban. Atau saya dan teman-teman sering membuat joke bahwa dulu dunia digital itu bisnis berbasis blue ocean, tetapi sekarang telah menjadi red ocean. Artinya bisnis di dunia digital telah berdarah-darah sebagaimana berdarah-darahnya jualan di dunia offline beberapa tahun lalu.

Hal yang menarik, go-jek sebagai bisnis transportasi daring, sempat dan masih menjadi polemik di antara masyarakat. Bahkan nyawa melayang "gara-gara" go-jek. Dengan munculnya go-jek sebagai sponsor liga 1, seolah mereka ingin membuktikan bahwa mereka benar-benar ada dan eksis. Seolah mereka ingin mengatakan, kalau kalian mau membunuh gojek, kalian juga akan membunuh sepakbola. Mereka seolah berkata, ngojek saja bisa menghidupi sepakbola. Mereka seolah berkata, dunia sekarang sudah saatnya pindah ke dunia digital.

Inovasi digital traveloka dan go-jek bukan sekedar memindahkan pesanan langsung ke smartphone. Mereka seolah mengimplementasikan apa itu "cinta tak harus memiliki". Mereka tidak memiliki hotel, pesawat, motor, restoran, dan infrastruktur yang dikonsumsi oleh pelanggan. Inovasi mereka ada pada bagaimana menghubungkan pelanggan dengan apa yang diinginkannya, secara cepat, mudah, dan murah. Dan karena inovasi bisnis itu, mereka bisa menghidupi sepakbola Indonesia.

Tidak banyak kehidupan digital yang menjadi sponsor olahraga, kecuali judi online. Lihat saja banyak situs judi yang menjadi sponsor klub bola eropa, tidak terkecuali Real Madrid. Paling yang saya lihat adalah SAP, aplikasi ERP (enterprise resource planning). Kalau di bulu tangkis ada blibli.com. Tetapi, mungkin saya yang kurang info, saya belum pernah melihat logo google, facebook, microsoft, apple, dan raksasa IT lainnya di banner iklan pinggir lapangan.

Dunia digital sedang ingin menunjukkan diri bahwa mereka ada. Dan memang mereka ada. Sekarang, sistem bisnis yang sengaja menutup mata terhadap teknologi dan digital bisa jadi akan segera menemui ajalnya. Dan inovasi di digital bukan sekedar memindahkan ke smartphone tetapi bagaimana inovasi-inovasi itu muncul dan digitalisasi sebagai faktor utama pendukungnya.

Selamat datang Go-jek dan traveloka, semoga betah di kehidupan sepakbola Indonesia. :)