24 hours to PEMILU


besok pagi, 9 April 2009, kata orang ada pesta demokrasi di Indonesia. acara lima tahunan yang katanya akan mengubah nasib bangsa dalam lima tahun kedepan. PEMILU legislatif yang mana masa kampanyenya saja lama banget. kalau tidak salah seumuran seorang dalam ibu mengandung anaknya, sembilan bulan. setelah acara esok pagi, sekitar dua bulan kemudian, kira-kira bulan Juni, baru diadakan PEMILU pemilihan presiden. nah, yang satu ini, momen yang paling dinanti-nanti dibanding cuma PEMILU legislatif.

kenapa ya disebut sebagai pesta demokrasi? kalau bertanya pada KPU atau mereka yang ikut mencalonkan diri sebagai caleg atau partainya, jawabannya pasti cuma "PEMILU sebagai implementasi demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat". la pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat itu seperti apa sih? paling mereka cuma menjawab "ya pemerintahan yang sepeerti ini...." jadi bingung.

kalau aku, pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat bukan cuma yang mencalonkan diri dan yang memilih itu rakyat, tapi semua orientasinya rakyat.

btw, gak enak ah bilang "rakyat" enaknya bilang "masyarakat". kenapa...? rakyat itu konotasinya ada gap antara penguasa dan rakyat jelata. kan tadi bilangnya pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. jadi nggak ada penguasa dung.... jadi enaknya "masyarakat". terserah ahli filsafat, ahli bahasa, ahli politik, atau siapa bilang apa, pokoknya aku bilang "masyrakat" bukan "rakyat".

kembali ke bahasan semula, bagaimana pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat eh salah oleh masyarakat itu. bagiku, pemilu hanya bagian yang sangat kecil dari demokrasi. masih ada yang lebih besar yang harus dijawab apakah Indonesia negara yang demokratis. tengok saja di bagian ujung timur pulau jawa, di sidoarjo, mereka tidak memiliki hak apapun sebagai warga negara. selalu dijadikan bola ping-pong demi mendapatkan haknya. atau para pelajar yang selalu disorot oleh banyak media, bersekolah di bawah atap sekolah yang hampir roboh, atau yang baru saja terjadi, siswa sekolah dasar sampai sedu-sedan mempertahankan bangku sekolah yang akan diambil oleh pembuatnya. jika Indonesia berani menyebut Indonesia adalah negara yang demokratis dan disebut-sebut sebagai negara yang diacungi jempol sebagai negara yang demokratis, kita termasuk sebagai orang yang sangat sombong. bagaimana tidak, masyarakat yang seharusnya melaksanakan demokrasi yang konon katanya pemerintahan dari, oleh, dan untuk masyarakat tidak pernah merasakannya.

menurutku, demokrasi saat ini hanya milik politisi. PEMILU bukan demokrasi, tapi hanya jalan ke arah sana. jadi, jika memang para caleg tidak bisa menjadi perpanjangan tangan dari masyarakat, lebih baik mundur sekarang juga. jika memang tidak mau mundur, akan diturunkan paksa oleh konstituen. jika memang bisa amanah, harus istiqomah. lupakan semua modal uang yang digunakan untuk kampanye. itu bentuk keikhlasan kepada masyarakat sebagai pemilik sah republik ini. kata KH Zainudin MZ, ikhlas itu seperti kita buang air di pagi hari. entah malamnya kita makan apa, tapi kalau paginya harus dikeluarkan, maka keluarkan dan tidak pernah ditanyakan lagi. Bisa???

jadikan tanggal 9 April 2009 sebagai titik tolak demokrasi di Indonesia yang sebenarnya. masalah golput, itu tanya pada ahlinya.