Berhala itu Bernama HAM dan Demokrasi

Hak Asasi Manusia dan demokrasi, topik yang cukup hangat di telinga akhir-akhir ini. bagaimana tidak, sejak runtuhnya rezim orde baru, dan berganti menjadi orde lebih baru alias reformasi, dua hal tersebut menjadi sorotan setiap peristiwa. karena memang dua hal itu yang konon katanya dilanggar di masa orde baru.


tapi, sayang sekali, kedua hal tersebut terlalu didewa-dewakan. setiap tindakan menjadi sangat hati-hati bahkan justru menjadi stagnan karena takut melanggar HAM. atau, setiap tindakan harus sesuai dengan kesepakatan bersama sebagaimana menjadi ciri demokrasi. terus, kapan kita mau maju kalau terlalu dibatasi oleh dua hal tersebut? bahkan agama pun mulai dianggap bertentangan dengan HAM dan demokrasi. padahal kita semua tahu, manusia dapat mencapai peradaban yang demikian karena adanya agama.


coba kita lihat apa yang terjadi kini. agama (khususnya Islam) mengajarkan adanya hukum potong tangan, rajam, bahkan hukuman mati. banyak orang terutama aktivis kemanusiaan berteriak-teriak bahwa itu melanggar HAM. tiada asap taanpa api. pasti mereka dihukum karena ada tindakan yang telah terjadi. mengapa kita terlalu fokus apa yang akan terjadi pada pelaku bukan apa yang telah terjadi pada korban? contoh lain, ahmadiyah berhak berkembang di Indonesia karena beragama adalah hak asasi manusia. memangnya Islam bisa diatur oleh manusia? atau, perkawinan sesama jenis itu boleh karena itu hak tiap manusia. dari kesemuanya, memangnya manusia punya hak apa di dunia ini kecuali yang telah ditetapkan oleh Allah? enak saja bermain dengan HAM. yang berhak menentukan hak manusia itu Allah. manusia tinggal menjalankan apa intruksi Allah melalui Nabi dan Kitab-Nya. buktinya, selama hukum potong tangan dan hukuman mati diberlakukan selama nabi dan khulafaur rasyidin hidup, peradaban manusia tetap ada dan tidak ada yang tangan-tangan masih tetap ada. tentang ahmadiyah, nyatanya di belahan dunia lain tetap dianggap ajaran sesat dan menyesatkan. kemudian tentang perkawinan sejenis, kalau kita tidak ingin ditimbun hidup-hidup dengan azab, tinggalkan saja. semua sudah ada di dalam Al Quran kok. atau kasus terbaru, menggunakan rok mini adalah hak wanita, yang salah adalah yang memperkosa. yang memperkosa pun punya dalil tersendiri, memperkosa adalah hak, karena sudah disiapkan kok oleh pihak wanitanya, masa disia-siakan. ndhasmu pecah.


itu baru HAM, bagaimana dengan demokrasi? inilah yang justru menjadi jalan untuk memecah belah di antara kita. banyak bentrokan karena hal-hal sepele maupun hal besar. semua itu bisa disebut demokrasi karena suara terbanyak menjalankan dunia. bagaimana jika jumlahnya sama-sama besar dan tidak ada yang mau mengalah? ya bentrokan itu tadi. kita lihat di timur tengah. rakyat mulai berani menggulingkan pemerintahan atas nama demokrasi. pemerintah dianggap minoritas, dan rakyat menjadi mayoritas. apa yang terjadi? minoritas menggunakan militer, mayoritas menggunakan kekuatan publik. pecahlah perang saudara. kadangkala pemimpin bersikap tirani untuk menegakkan aturan yang ada, tapi dianggap melanggar HAM, dan demokrasi berbicara. tumpahlah daras sesama bangsa.


sebenarnya masih banyak berhala-berhala yang lain, tapi dua itu cukuplah untuk sementara.


sumber gambar: wikipedia