Pesimisme untuk Mobil Listrik

lho kok? mungkin anda akan langsung skeptis dengan judul tulisan ini. ketika para ilmuwan, akademisi ,pejabat, bahkan para politisi sedang beramai-ramai memikirkan dan optimis akan kesuksesan mobil listrik, saya tidak bisa. saya berusaha untuk optimis, tapi, saya lebih memilih untuk pesimis. mengapa? kemampuan kita untuk membuat teknologi seperti mobil listrik sudah tidak diragukan lagi. mobil biasa (dengan menggunakan BBM), mobil hibryd, motor (dengan BBM, listrik, maupun hibryd), bahkan pesawat terbang pun indonesia sudah bisa membuat. apalagi sudah ada kesanggupan dari berbagai pihak mengenai pembuatan dan produksi mobil listrik sebagai mobil nasional, seperti yang sudah disampaikan dalam blog catatan dahlan iskan. presiden SBY pun sudah mencoba e-semar, mobil hibryd dari UGM.

tapi, bagaimana suara para marketer? akankah para pembeli seoptimis rencana para akademisi dan para pejabat? siapa target pasar produk ini? kita anggap konsumennya adalah masyarakat umum. jika kita melihat fakta di dunia nyata, konsumen lebih memilih kualitas daripada nasionalisme. kualitas bukan sebatas keawetan, tapi segala sesuatu yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. bisa dikatakan kualitas suatu mobil bisat dilihat dari tampilannya, kecepatan, keawetan, keiritan, kenyamanan, dan ke-an yang lain. kita ambil satu hal saja, akankah mobil listrik secepat mobil biasa dengan kenyamanan, kesetabilan, keiritan yang setara bahkan melebihi mobil biasa? jika tidak, nasinalisme akan kembali menjadi cerita lama yang usang.

menjual mobil seperti menjual nasi goreng. banyak orang bisa membuat nasi goreng dengan rasa yang bervariasi. tapi, tidak semua warung nasi goreng sama larisnya. ada yang menjual nasi goreng dengan rasa lebih enak dan lebih murah tapi kalah laris daripada warung lain yang lebih mahal tapi rasanya biasa saja, ada pula yang laris karena rasanya memang enak, bahkan ada pula penjual nasi goreng yang tidak mau memakan nasi goreng miliknya tapi memilih nasi goreng tempat lain. ada faktor lain selain dari rasa yang menentukan banyak sedikitnya pembeli seperti pelayanan, kenyamanan warung, dan lain sebagainya.

ketika para pengambil keputusan memikirkan akan memproduksi mobil listrik, sudahkah melakukan riset pasar? kita harus berkaca pada perusahaan sekelas microsoft, apple, nokia yang pernah merasakan asamnya produk gagal. atau kita berkaca pada diri sendiri, ketika merpati dan bumn lain yang nyaris colaps. bukankah kita tidak ingin jika setelah berinvestasi yang begitu besar, apalagi dengan menggunakan uang dan nama negara, ternyata menjadi sebuah kerja yang sia-sia. bukan bermaksud untuk menjatuhkan, tapi itulah fakta pasar. jangan sampai kita kembali terjatuh padahal kita berniat baik yaitu membangun nasionalisme.

sebenarnya, jika harus memihak, saya lebih memilih untuk memproduksi bahan bakar nabati sebagaimana yang telah dicanangkan beberapa waktu yang lalu yang kini bisa disebut sebagai produk gagal. produk ini jika benar-benar dioptimalkan, bukan saja para investor teknologi yang memperoleh keuntungan,  tapi para petani juga. tapi fakta yang terjadi saat ini, bukannya memberi keuntungan, pemerintah sudah memberikan kerugian. sebagai contoh, para petani telah diberikan janji-janji akan keuntungan jika menanam pohon jarak pagar yang nantinya akan dibeli untuk pembuatan bahan bakar nabati. ternyata, setelah para petani menanam dan masa panen tiba, mereka terlupakan dan pamerintah lebih memikirkan bahan bakar gas dan mobil listrik. dengan adanya bahan bakar nabati, sebenarnya lebih menguntungkan karena masyarakat tidak perlu "berinvestasi" lebih untuk membeli mobil baru tetapi cukup membeli bahan bakarnya saja. semoga selain membuat mobil listrik (memasarkan juga tentunya), produk "hebat" ini juga seharusnya tetap dikembangkan dan dijual agar tidak memberikan kerugian yang lebih besar lagi.

kita masih ada waktu untuk membangun itu semua sebelum dan selama masa produksi mobil listrik berjalan. kita jangan terlalu bernafsu dalam meraih sebuah harapan khususnya untuk kepentingan masyarakat. karena ini sudah dibahas dalam sebuah pemerintahan yang mengabdi kepada rakyat, sudah seharusnya kepentingan rakyat diutamakan. dan dibalik sebuah pesimisme ada sebuah harapan agar mobil listrik bukan sekedar terealisasi tapi juga sukses pasar sebagaimana volkswagen yang juga mobil rakyat di negerinya, jerman.