Profesionalisme dan Urusan Pribadi

pernahkah dalam organisasi anda, sekali waktu ada salah seorang yang unmood karena urusan pribadi yang akhirnya menggannggu produktivitas organisasi? kemudian ada seorang temannya, mungkin termasuk anda (atau kita) mengatakan "ususan pribadi jangan sampai mengganggu produktivitas kita". baik bagi organisasi profit maupun non profit, hal itu tentu akan sangat mengganggu bukan? kita sering mengatakan kalau urusan organisasi adalah urusan profesional yang harus dilakukan secara profesional dengan mengesampingkan semua hal di luar itu. urusan diluar dapat berarti urusan pribadi, keluarga, atau organisasi lain yang diikuti oleh setiap orang di dalam organisasi tersebut. benarkah sebuah organisasi adalah sebuah sistem eksklusif yang mana apapun yang ada di luar harus dikebiri?

sebuah organisasi adalah sebuah sistem yang hidup dalam sebuah sistem yang lebih besar. organisasi tidak hidup dalam ruang kosong. dan sistem yang di dalamnya ada entitas manusia adalah sistem yang sangat dan paling rumit. mengapa? karena manusia bukan mesin atau komputer yang setelah diinstal program dapat berjalan sendiri dan dan tidak mudah terpengaruh sistem luar. manusia dianugerahi dengan hati dan akal. dan manusia tidak bisa hidup dengan model kacamata kuda yang hanya melihat satu arah. sekuat apapun manusia akan bisa terpengaruhi oleh sistem luar meski sudah bertekad hanya melihat satu arah. kita coba lihat para anggota TNI, meski sudah menjalani pelatihan fisik dan mental yang begitu ketat masih ada saja yang melakukan tindakan anarki, bunuh diri, kriminal, dan lain sebagainya.

kembali ke hal organisasi, manusia sebagai entitas dalam organisasi itu bukanlah mesin yang harus mengesampingkan semua hal di luar organisasi, meski memang seharusnya begitu. memang kondisi yang paling ideal adalah ketika setiap orang yang telah masuk ke dalam organisasi itu harus "melupakan" semua sistem di luar. tapi, situasi ideal adalah situasi yang sulit bahkan mustahil untuk dicapai. oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah mencapai kondisi optimal. secara sederhana, optimal adalah mencapai hasil yang maksimal dengan kerugian minimal. setiap kita menaikkan hasil mencapai maksial, kita akan terhalang oleh kerugian yang mungkin timbul. ketika kita meminimalkan kerugian, kita akan kehilangan hasil. dan diantara keuntungan dan kerugian, ada titik keseimbangan (equilibrium). disitulah titik optimal. di perusahaan yang sudah cukup solid, tindakan optimal ini telah dilakukan. solid bukan berarti besar tapi sudah bisa mengarahkan diri kepada titik optimal.

maka, di banyak perusahaan dibentuklah HRD (human resources department) atau dalam banyak organisasi non profit dapat berupa PSDM (pengembangan sumber daya manusia) atau PSDI (pengembangan sumber daya insani) atau apapun namanya tapi pada hakikatnya sama yaitu mengurusi sumber daya manusia dalam organisasi. hal ini yang saya maksud dalam posting sebelumnya bahwa urusan internal tidak harus menghalangi kinerja keseluruhan sistem organisasi karena urusan internal dapat ditangani salah satunya oleh bagian ini. seringkali HRD hanya dipahami sebagai polisi-nya pekerja/karyawan. HRD dianggap sebagai pihak yang kerjanya hanya rekrutmen, pemecatan, pengurangan dan kenaikan gaji, dan segala macam yang berkaitan dengan kestabilan kerja. jika ada karyawan yang ditraining selalu dianggap karena kinerjanya buruk. kemudian bagaimana dengan PSDM? PSDM selalu dianggap sebagai pihak yang kerjanya melakukan sistem kaderisasi. tidak salah anggapan seperti itu karena memang itulah jobdesc-nya. tugas mereka adalah menyelaraskan para manusia dalam organisasi agar tetap menjalankan tugasnya sesuai dengan tujuan perusahaan. disini kita menggunakan menyelaraskan karena kasus campurnya dengan urusan pribadi seperti yang dijelaskan di atas sangat mungkin terjadi. jadi bukan mengebiri urusan di luar, tapi menetralkan kondisi dan syukur-syukur bisa ikut menyelesaikan agar tidak berlama-lama urusan pribadi mempengaruhi urusan organisasi. kita ambil contoh, ada karyawati yang memiliki kewajiban untuk mengurus anaknya, apakah semata-mata ia harus melupakan anaknya yang ada di rumah? apakah jika anak sakit hanya ada dua pilihan, cuti atau kerja? ada beberapa perusahaan yang sudah memberlakukan flexy hours dimana karyawati bisa izin, atau contoh lain kayawati ketika harus mengambil rapor anaknya di sekolah diperbolehkan izin. bagi yang telah bekerja di bidang HRD pasti lebih mengetahuinya.

kemudain bagaimana organisasi yang tidak memiliki bidang layaknya HRD? ini yang cukup rumit. ketika sedikit saja ada masalah di dalam pribadi yang mengganggunya sudah langsung dicap tidak profesional. jika kondisi organisasi yang seperti ini yang terjadi, setiap anggota organisasi harusnya bertindak sebagai HRD tanpa meninggalkan tugasnya mencapai tujuan organisasi. misal, ada anggota yang sedang unmood karena berantem dengan pacarnya, seharusnya dibantu agar urusannya selesai jangan langsung di skak mat dengan kalimat "yang profesinal dong, jangan pikirin pacar saat bekerja". hal ini justru akan menambah beban dia. berbeda jika anggota lain ikut membantunya misal memberikan dorongan semangat baik verbal maupun non verbal.

sekali lagi, sistem yang berisi manusia adalah sistem yang paling rumit. baik yang sedang mendapat masalah maupun orang yang disekitarnya seharusnya memahami apa itu organisasi dan sistemnya. jangan sampai sistem di luar organisasi mengganggu kinerja organisasi tapi juga jangan sampai dikebiri. masalah yang ada di luar juga seyogyanya dipecahkan agar tidak berlanjut-lanjut mempengaruhi tujuan organisasi. manusia adalah makhluk yang memiliki hati dan akal yang seharusnya keduanya diselaraskan agar tidak membuat kerusakan yang lebih besar di muka bumi.