Bahasa Jawa Riwayatmu Kini

bahasa jawa riwayatmu kinisebelumsaya menulis dan anda membaca lebih jauh, tulisan ini tidak bermaksud meninggikan suatu budaya, dalam hal ini budaya jawa, atas budaya lain dan merendahkan budaya lain tersebut, tapi karena latar belakang kehidupan saya berasal dari suku jawa dan hidup di lingkungan jawa, jadi saya lebih dekat dengan budaya jawa daripada budaya dari suku lain. dan dalam hal ini pun saya bukan sebagai pengamat bahasa karena disiplin ilmu saya bukan di sana. tapi, fenomena yang ada ini sangat mungkin terjadi pula pada budaya suku lainnya dimana budaya dan adat istiadat yang dahulu kita bangga-banggakan kini kian luntur dan semakin ditinggalkan. bahkan masyarakat yang ada pun semakin asing dengan budayanya sendiri. dan bahasa jawa hanyalah salah satu dari sekian budaya jawa yang semakin asing. saya pun mengakui dalam hal berbahasa masih sangat jauh dari baik, hanya saja ada harapan dalam diri saya, semoga dengan keprihatinan saya ini bisa membawa diri saya dan orang di sekitar saya bisa lebih baik dalam berbahasa.



bahasa secara umum adalah sebuah alat untuk saling berkomunikasi. dalam budaya jawa, bahasa bukan sekedar alat komunikasi. bahasa adalah bagian dari budaya. sehingga, menggunakan bahasa jawa yang baik dan benar sudah sebagian dari meninggikan sebuah budaya. dan dalam budaya jawa, etika dan sopan santun adalah sebuah nilai yang sangat ditinggikan. jadi, ketika kita menggunakan bahasa jawa, kita dapat menilai seberapa besar orang yang berbicara tersebut dalam beretika dan sopan santun. dalam bahasa jawa, terdapat beberapa "kasta" antara lain ngoko, krama alus, krama inggil, dan sebagainya yang mencapai tujuh tingkatan. kita sering salah kaprah bahwa kalau tingkat kesopanan ditentukan dengan seringnya menggunakan basa jawa krama. hal tersebut salah besar. karena sebenarnya besarnya kesopanan ditentukan dengan bagaimana kita menempatkan diri dalam menggunakan "tingkatan" bahasa tersebut.

dalam bahasa jawa, satu kata dalam bahasa indonesia dapat diterjemahkan dalam beberapa kata. misal kata jalan, dapat diterjemahkan dengan kata tindak, mlampah, mlaku, dan lain-lain. kesalahan yang sering terjadi adalah demi disebut sebagai orang yang sopan, kita selalu menggunakan kata "tindak" kepada siapapun lawan bicara kita. padahal, bisa jadi yang terjadi adalah bumerang yang menjadikan kita tidak sopan. sebagaimana saya sebutkan sebelumnya, kita harus bisa menempatkan diri dengan siapa dan di mana kita berbicara. misal ketika kita berbicara mengenai orang yang lebih tua, akan lebih baik jika menggunakan kalimat "ibu tindak pasar", mengenai diri kita atau orang yang lebih muda, "kula mlampah dateng pasar".

kelihatannya sepele, tapi jika kita tidak bisa menempatkan diri pada hal yang sepele saja, bagaimana kita bisa menempatkan diri dengan baik di sistem yang lebih besar? dan sayangnya, dalam hal yang sepele seperti ini saja, banyak orang jawa yang tidak bisa melakukannya dengan semestinya. seperti membedakan kapan menggunakan kata "caos" dan "paring" yang keduanya sama-sama berarti "memberi" atau yang tidak kalah parah kata "dhahar" dan "maem" yang sama-sama berarti "makan", "kundur" dan "wangsul" yang berarti "pulang" dan lain sebaginya. bukan saja anak muda, bahkan orang yang sudah berumur pun banyak yang salah. jika kesalahan para orang tua ini dibiarkan, akan berakibat kepada anak-anaknya yang pada nantinya bisa menjadi anak-anak yang tidak sopan.

oleh karena itu, pendidikan bahasa jawa penting dilakukan. pendidikan bahasa jawa ini di tingkatan sekolah lebih mengutamakan pada pemahaman mengenai "semua" kebudayaan jawa. jadi, dalam hal pemakaian bahasa yang baik dan benar hanya menjadi bagian yang sangat kecil dari pelajaran. hal ini pernah disampaikan pula oleh Sri Sultan Hamengkubuwana X, bahwa pengajaran bahasa jawa di sekolah lebih mendalam kepada hal-hal yang sederhana dalam hal ini pemakaian bahasa itu sendiri daripada meluas kepada bidang lain. hal ini agar siswa lebih dapat mengaplikasikan hal yang lebih dekat dengan kehidupannya daripada hal lain. bukan berarti bidang lain, semisal wayang, macapat, dan lain sebagainya lebih rendah daripada penguasaan bahasa yang baik dan benar, hanya saja penggunaan bahasa lebih sering dihadapi dalam kehidupan.

berbeda halnya dengan beberapa tahun (mungkin puluhan tahun) yang lalu, di mana bahasa jawa yang baik dan benar telah dibawa oleh siswa dari rumah atas pengajaran orang tua sehingga di sekolah siswa tidak lagi memusingkan bagaimana bahasa yang benar. pelajaran yang ada pun meluas kepada bidang lain. tapi pada masa sekarang, siswa berangkat dari rumah dalam keadaan kosong dan bekal berupa tata krama tidak ada. sehingga pihak sekolah harus menyuntikkan nilai itu pada siswa. jika saja sekolah telah menanamkan nilai itu dalam diri siswa, siswa dapat mencari ilmu mengenai bidang lain dengan fasilitas yang kini cukup luas semisal dengan internet atau buku.

"wong jawa ilang jawane", istilah yang sering digunakan oleh masyarakat atas fenomena yang terjadi saat ini. semoga fenomena ini tidak berlangsung lama dan segera kembali semula di mana masyarakat jawa kembali menjadi orang jawa yang senantiasa menjunjung tinggi kesopanan dan tata krama salah satunya dengan bahasa. ajining dhiri dumunung ing lathi, ajining raga dumunung ing busana, kekuatan diri berasal dari lisan, kekuatan badan berasal dari busana.