Empat Pilar Bernegara (Part 3)

pantheonsetelah mesebutkan dan menjelaskan mengenai keempat pilar kehidupan bernegara, kini saatnya menggabungkan keempatnya. sebenarnya agak aneh jika keempatnya jika disebut "empat pilar". bayangkan jika sebuah bangunan hanya terdiri atas pilar (tiang) mau jadi apa bangunan itu, sebuah monumen? sebuah monumen hanya menjadi sebuah benda yang selalu dipuja-puja, dikenang, tapi tidak bisa memberikan manfaat fungsional. apakah indonesia hanya sebuah monumen?


jika kita melihat kuil pantheon roma yang begitu megah, dan kemegahannya terlihat lebih karena tiang-tiangnya yang begitu besar di depan bangunan kuil, apakah pilar kenegaraan kita seperti itu? tidak bisa kita pungkiri bahwa bangunan-bangunan pemerintahan di Indonesia banyak yang merupakan bekas bangunan belanda dengan ciri khas terdapat pilar-pilar besar di depan bangunan. apakah indonesia seperti itu?


atau jika kita melihat rumah-rumah model sekarang, banyak yang sudah tidak menggunakan pilar atau tiang. tapi antara lantai dengan atap hanya dihubungkan oleh dinding bukan tiang. jika kita hanya memiliki dinding dan tanpa lantai dan atap, apa yang bisa diperoleh darinya? bangsa apakah yang memuja dinding? zionis israel adalah sebuah bangsa yang menggunakan dinding sebagai tempat berdoa yang kita kenal dengan dinding ratapan. apakah indonesia ingin seperti mereka? padahal kita saja tidak memiliki hubungan diplomatik dengan mereka.


istilah empat pilar akan sangat lekat dengan istilah soko guru. soko guru adalah empat tiang utama yang ada pada bangunan joglo atau limasan yang merupakan rumah adat dari suku jawa. hal ini menunjukkan bahwa kehidupan kita masih "javanese centris". bagaimana dengan suku lain? saya sebagai bagian dari suku jawa merasa senang jika kebudayaan kami diagungkan. akan tetapi, Indonesia tidak hanya dihuni oleh suku jawa. sebagaimana pilar binneka tunggal ika, indonesia terdiri dari berbagai elemen masyarakat dan satu dengan lainnya saling sinergis membentuk sebuah sistem yang bernama negara kesatuan republik indonesia.


kita sering mengibaratkan sebuah sistem adalah sebuah bangunan rumah. empat pilar kehidupan negara pun mengadopsi sistem rumah. pada suatu rumah, sebagaimana di atas tidak hanya berisi pilar, tapi juga ada lantai (termasuk fondasi), kasau (atau dalam bahasa jawa belandar, rangka atap), pilar ataupun dinding, dan atap. masing-masing elemen saling berkaitan dan saling membutuhkan. jika keempat elemen tersebut adalah pilar dari kehidupan bernegara kita, maka masyarakat Indonesia masih memiliki sebuah pekerjaan yang sangat besar yaitu menemukan mana dari kehidupan kita yang bisa menjadi fondasi, rangka atap, dan atap dari sebuah bangunan yang bernama negara. kemudian, kita juga harus menyadari apa fungsi dari rumah yang dibangun tersebut. jika kita ingat, di Indonesia banyak sekali jenis rumah. dan masing-masing jenis rumah memiliki fungsi tersendiri. ada yang menjadi tempat tinggal, tempat peribadatan, atau fungsi-fungsi lainnya.


sekali lagi kita hidup tidak hanya perlu pilar-pilar yang hanya menjadi monumen peringatan tapi juga bangunan yang kuat dan memberi kemannfaatan bagi kehidupan. bukan pula dinding ratapan sebagaimana orang-orang zionis israel. dan rumah Indonesia pun tidak hanya dihuni oleh satu suku bangsa tapi juga oleh seluruh bangsa Indonesia yang terikat oleh binneka tunggal ika.