Diam itu [Masih] Emas

Diam itu [Masih] Emastulisan ini terinspirasi dari tulisan sahabat online saya, Fauzi Hasan Ar Rosyid di blognya yang menuliskan "Tidak Selamanya Diam itu Emas". tetapi saya di sini akan melihat diam itu emas dari sudut pandang lain. tulisan ini bukan bermaksud mongkonfrontasi duh bahasanya mana yang benar dan mana yang salah, bukan pula mau sok pintar karena saya juga bukan orang pintar dan saya ga minum t*lak a*g*n. ini hanya untuk menambah pengetahuan saja dengan melihat suatu kasus dari berbagai sudut pandang.


ada kalanya diam itu emas dan ada kalanya bukan. kita hanya harus bersikap adil dalam melakukannya. ketika kita harus diam, maka diam adalah yang terbaik daripada bersuara. dan ketika bersuara adalah lebih baik daripada diam, maka kita harus bersuara. yang sering terjadi saat ini adalah kita (saya, anda, dan mereka) tidak mau diam. yang terjadi adalah semua ingin bersuara tapi entah ada yang mau mendengarkan atau tidak. kita sering kali mendengar ungkapan "kita diciptakan dengan dua telinga dan satu mulut agar kita bisa lebih banyak mendengarkan daripada berbicara". tapi apa yang terjadi, kita melakukan yang sebaliknya.

kita ambil kasus yang cukup sederhana tapi fatal akibatnya. ketika kita dinasehati (atau dimarahi atau disalahkan) oleh orang tua kita atau oleh orang lain, kita sering mengelak, mencari alasan, atau bahasa gaulnya ngeles. di dalam istilah jawa dikenal "sakecap podo sakecap" atau satu ucapan dibalas dengan satu ucapan. padahal kita dinasehati justru untuk kebaikan diri sendiri. apa yang akan kemudian terjadi? bisa jadi kita apa yang dinasehatkan oleh orang yang menasehati kita memiliki nilai yang bermanfaat tinggi daripada bantahan yang kita keluarkan dengan bernafsu.

apakah kita tidak boleh membela diri? bukan tidak boleh, tapi kita harus melihat situasi dimana dan kapan kita berada. jika kita memang salah dan/atau yang dikatakan oleh orang lain adalah lebih benar dan baik, tidak ada salahnya kita mengikutinya. ketika kita benar dan yang disampaikan oleh orang lain ternyata salah, kita wajib meluruskan dengan cara yang baik. bukankah agama kita sudah memberikan contoh dalam mengatakan kebaikan?

beda pendapat sering kali mengakibatkan perdebatan. padahal Rasulullah Muhammad sudah menasehatkan dalam hal debat. saya hanya mendengar dari kajian, untuk dalil yang kuat mari kita cari sama-sama, bahwa kita dilarang berdebat jika kita tidak punya kemampuan dalam hal yang diperdebatkan, terutama dalam bidang agama. bahkan ketika kita mempunyai ilmu pun kita harus berhati-hati. dan dalam debat kita dilarang untuk debat kusir, harus ada pihak penengah yang netral. jika hal tersebut tidak bisa kita lakukan, musyawarah adalah jalan yang lebih baik. dalam musyawarah, kita diajarkan untuk berbicara, diam, dan mendengarkan. sesuai dengan tulisan yang terdahulu, jangan sampai kita terbiasa memotong pembicaraan orang lain.

jadi, ketika kita tidak bisa berbicara baik, maka lebih baik adalah diam. dan diam masih emas. ^_^