Jangan Memotong Pembicaraan

salah satu adab yang diajarkan ketika masih kecil adalah jangan memotong pembicaraan. ketika ada orang lain yang sedang berbicara, dengarkan dahulu baru ditanggapi, bukannya dipotong di tengah untuk langsung ditanggapi. yang terjadi nantinya adalah omongan yang seperti burung mengoceh. hal itu yang kini sering terjadi, bukan hanya terjadi di akar rumput, bahkan para pejabat nasional pun tidak punya adab yang demikian baik.

bisa kita lihat dalam beberapa acara televisi, ketika ada acara talk show atau diskusi baik formal maupun hanya tayangan reguler televisi membahas suatu kasus yang menampilkan dua atau beberapa narasumber yang berseberangan, yang terjadi adalah ocehan burung. mereka seolah tidak pernah mendapat pelajaran adab untuk mendengarkan. ketika narasumber pertama berbicara dan belum selesai, narasumber lainnya sudah menanggapi, narasumber pertama tidak mau jika dipotong makanya ia tetap berbicara, demikian seterusnya tidak ada ujungnya. suara moderator pun tidak didengar.

demikian pula yang terjadi di gedung dewan. ketika salah satu anggota dewan sedang menyampaikan pendapat, anggota dewan yang lain langsung menanggapi maupun mengajukan interupsi, tanpa mendapat persetujuan dari pemimpin sidang langsung ngeloyor berbicara seolah tanpa dosa. mereka adalah orang-orang pilihan rakyat tapi tidak memiliki adab yang baik. mereka sebagai pembangun peradaban tapi tidak beradab. dan lebih memprihatinkan lagi, hal tersebut telah menjadi kewajaran dalam sistem.

bisa dikatakan bahwa kehiddupan di dunia maya lebih baik daripada kehidupan mereka. bisa dilihat di sosial media, ketika salah satu sedang menyampaikan ide dalam bentuk tulisan, hanya bisa ditanggapi dengan tulisan ketika sudah diposting. meski sering kali menjadi debat kusir tertulis, tapi setidaknya tidak ada potong-memotong pembicaraan. ketika ada yang berbicara OOT (out of topic) atau berbicara kasar satu pihak bisa menghapus komentar tersebut. hal ini lebih sistematis daripada mereka yang berbicara tanpa mendengar.

bisa jadi mereka yang berbicara di dunia maya tidak berpendidikan setinggi orang-orang yang ada di gedung dewan. bisa jadi mereka tidak menghabiskan dana rakyat untuk internetan. tapi mereka lebih menghargai satu sama lain meski karena paksaan sistem. tapi sangat memalukan jika yang berbicara tanpa adab tersebut adalah orang-orang yang menjadi public figur dan sangat mungkin ditiru oleh masyarakat termasuk anak-anak. jadi jangan salahkan rakyat dan anak-anak jika mereka menjadi brutal karena setiap harinya disuguhi contoh yang brutal dari pemimpinnya.

mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, mulai saat ini, mari kita membiasakan diri untuk mendengarkan pembicaraan orang lain dan jangan memotongnya. jika tidak bisa berbicara dengan baik, lebih baik diam. ^_^