Kemana hilangnya Kaos Kampanye?

siang tadi saat berkumpul dengan beberapa orang kampung sehabis kerja bakti di makam, saya sempat melontarkan pertanyaan kepada salah seorang warga, kenapa ya sekarang sudah tidak ada lagi caleg atau partai yang membagikan kaos? jawaban sederhana dari dia, kurang lebih, sekarang sudah ga jaman bagi-bagi kaos, sekarang masyarakat lebih suka diberi uang daripada kaos. pertanyaan ini saya sampaikan karena saya melihat ada warga yang memakai kaos partai hasil pembagian pada kampanye 2009.

ya memang kalau kita ditanya lebih suka mana antara dikasih T-Shirt kualitas kampanye dengan uang Rp 30.000,00 hampir pasti kita akan memilih diberi uang. memang sih ada T-shirt yang mahal dan menarik, tapi ono rego ono rupo, T-shirt kampanye memang kualitasnya yang seperti itu. "seperti itu", sudah tahu sendiri lah tanpa saya jelaskan spesifikasinya. :D

sebenarnya memasang baliho, membagikan kaos, membagi dan memasang sticker, itu adalah proses marketing. marketing tidak melulu menjual. sering kita lihat di perusahaan besar, orang yang memasarkan dan menjual adalah dua orang yang berbeda. marketing atau pemasaran lebih kepada bagaimana masyrakat mengetahui tentang merk dan brand yang di kemudian hari diharapkan "membeli" produknya.

memang cara paling efektif dalam marketing politik atau kampanye memang bertemu dengan calon pemilih. banyak cara yang bisa digunakan untuk mendulang suara. kampanye adalah kegiatan yang tidak jauh berbeda dengan marketing. tapi apakah mereka yang akan terjun ke dunia poltik sadar dan memanfaatkan orang-orang yang berkompeten? lulusan manajemen marketing sangat banyak, mengapa tidak dimanfatkan saja? hitung-hitung sekalian memberi lapangan kerja meski hanya beberapa bulan. :D

memasang baliho jelas sudah bukan hal yang baik lagi dilakukan karena menjadi polusi visual yang mengganggu bahkan bisa berbahaya bagi keselamatan berkendara. beriklan di televisi juga mengganggu karena itu adalah frekuensi publik dan terlalu dimanfaatkan oleh sekelompok orang tertentu. bagaimana dengan kaos? saya rasa tidak terlalu mengganggu pemandangan sih.

membagi uang hanya akan memberikan brand di benak masyarakat bahwa si A memberi sekian rupiah, sedangkan si B lebih besar dan si C lebih besar lagi. itu bukan marketing tapi tawar menawar harga suara. jelas bukan hal yang baik bagi masyarakat. sedangkan jika dengan model marketing, bisa bermanfaat di jangka yang lebih panjang. masyarakat tahu siapa yang dipilihnya karena ada gambar dan namanya. akan lebih bagus lagi jika di reklame calon atau partai ada semacam visi-misi pencalonannya. jadi masyarakat bisa ikut mengawal, jika suatu saat melenceng masyarakat bisa "membunuh" pilihannya.

jadi reklame politik itu perlu, hanya saja sesuai dengan etika. perlu inovasi yang berkelanjutan agar tidak monoton. masa dari sekian partai dan begitu banyaknya calon legislatif, tapi model kampanyenya begitu-begitu saja. mana ekspresinya? *korban iklan* :D