Bukan Sekedar Menjual Subsidi

hatta rajasa writting competition"Prabowo-Hatta Memastikan Subsidi BBM dan Pupuk Tetap Ada" demikian yang tertulis pada spanduk-spanduk kampanye yang bertebaran di jalanan Yogyakarta. Sebenarnya masih ada banyak versi spanduk kampanye baik itu dari pasangan capres-cawapres nomor urut satu maupun dua yang menjamur dan menjadi sampah visual. hanya saja, saya sedikit tertarik dengan satu spanduk tersebut. sayangnya saya sedang tidak memiliki fasilitas untuk memotret jadi tidak ada barang bukti. barangkali Pak Prabowo atau Pak Hatta Rajasa berkenan memberi saya ponsel berkamera *modus* :D

ketika membaca tulisan spanduk tersebut, yang saya fikirkan adalah subsidi itu alat atau tujuan? ketika subsidi baik untuk pupuk maupun BBM menjadi tujuan, maka kita akan selalu berfikir tentang subsidi. dengan subsidi BBM menjadi tujuan, kita bisa mengartikan kata-kata dalam spanduk tersebut sebagai berikut: (1) BBM dan pupuk disubsidi tetapi keberadaannya boleh langka atau (2) BBM dan pupuk disubsidi tetapi harganya tetap mahal.

meski keberadaan BBM dan pupuk langka, tetapi karena tujuannya adalah mensubsidi maka kelangkaan menjadi kasus yang terlupakan. tidak peduli bagaimana ketersediaan di lapangan tetapi karena sudah bersubsidi maka selesai urusan.

atau pada kasus kedua, ketika BBM dan pupuk disubsidi, meski hanya sekian persen tetap saja namanya bersubsidi. misal BBM non-subsidi berharga Rp 10.000,- dengan campur tangan subsidi sebesar Rp1.000,- harganya menjadi Rp 9.000,-. bagaimanana pun, Rp 1.000,- itu adalah subsidi dari pemerintah. tetapi bagi masyarakat, harga yang demikian tidak terlalu dirasakan keberadaan subsidinya.

tetapi berbeda ketika subsidi adalah alat, maka kita bisa berfikir dan bergerak lebih luas dan lebih bebas. kita bisa berbicara yang lebih luas semisal "keterjangkauan" baik dalam arti fisik maupun harga. keterjangkauan fisik berarti ketika masyarakat membutuhkan baik BBM maupun pupuk, maka masyarakat tidak merasa kesulitan dalam menjangkaunya. atau dengan kata lain, ketika butuh maka barang itu ada. keterjangkauan harga berarti masyarakat tidak merasa keberatan dalam membeli produk tersebut. meski tanpa subsidi tetapi harganya murah maka masyarakat akan bisa menjangkauanya.

murah tapi tanpa subsidi? kenapa tidak? sudah berulang kali Pak Prabowo mengatakan mengenai bocornya anggaran mencapai 1000 Triliun dari 7000 triliun menurut KPK. padahal subsidi BBM hanya menelan biaya 300 triliun, jadi jika digunakan untuk menekan harga dalam bentuk bukan subsidi menjadi sangat mungkin.

sudah saatnya masyarakat berlatik untuk belajar berfikir lebih luas bahwa subsidi bukanlah segalanya. ada hal yang lebih besar daripada hanya sekedar subsidi. bahkan masyarakat pun akan lebih membutuhkan harga yang lebih murah daripada hanya sekedar subsidi. masyarakat bukan lagi seperti pelanggan pusat perbelanjaan yang mengejar diskon. apalah arti sebuah diskon ketika harganya sudah dinaikkan dua kali lipat.

saya memang cenderung mendukung Pak Prabowo. alasannya sudah saya post di tulisan yang terdahulu. tetapi saya juga tidak ingin terjebak dalam cinta buta. jadi ketika ada yang membuat saya tidak sreg, maka saya berhak untuk mengkritisinya.

foto: dokumen pribadi

*) diikutsertakan dalam lomba blog Aspirasi untuk Prabowo-Hatta