Jogja Gumregah, Jogja Memang Mahal Logonya pun Mahal

[caption id="attachment_2183" align="alignleft" width="150"]Jogja_Gumregah logo jogja[/caption]
Akhirnya Yogyakarta memiliki logo branding baru. setelah sempat mengalami polemik lantaran logo yang pernah diusulkan terbaca "Togua", kini Jogja memiliki logo baru yang merupakan hasil urun rembug masyarakat Jogja. Never Ending Asia yang dahulu menjadi tagline, kini berubah menjadi "istimewa". dan pada hari Sabtu, 7 Maret 2015 yang lalu, bertepatan dengan pengetan jumenengan dalem ke-26 Sri Sultan Hamengku Buwana X, di-launching logo tersebut dengan konsep pisowanan ageng. tema yang diusung dalam pisowanan ageng tersebut adalah "Jogja Gumregah".

Meski dalam keadaan hujan, ribuan orang berkumpul di pagelaran kraton Yogyakarta untuk mengikuti acara tersebut. sebelumnya dilakuakan pawai budaya yang start dari taman parkir Abu Bakar Ali dan finish di pagelaran kraton. di pagelaran keraton, diserahkan logo Jogja dari tim sebelas, pemberian apresiasi kepada pengusul logo dan tagline, penyerahan branding book kepada bupati dan walikota di lingkungan DIY, tidak ketinggalan live performance Jogja Hip Hop Foundation. dan salah satu yang sangat penting adalah pidato Sri Sultan Hamengku Buwana X tentang Jogja Gumregah.



[caption id="attachment_2178" align="aligncenter" width="300"]pawai di Jalan malioboro, Jogja gumregah Pawai di Jalan malioboro[/caption]
Sri Sultan menyampaikan bahwa Jogja Gumregah tidak jauh berbeda dengan Jogja Bangkit sebagaimana yang dicanangkan ketika Jogja terkena gempa bumi 2006 silam. tiga tahun sejak ditetapkan undang-undang keistimewaan, Jogja seolah-olah terbuai dalam kenyamanan. masa tenang merupakan candu yang melenakan. oleh karena itu perlu ada sesuatu yang bisa membangkitkan kembali keistimewaan yang telah melekat di tubuh Jogja. salah satu bentuknya adalah dengan adanya Jogja Gumregah dan memperbarui logo agar lebih terasa di masyarakat.



Sri Sultan menyampaikan, salah satunya, bahwa reklame yang ada di jalan sudah menjadi permasalahan polusi visual yang akut. oleh karena itu beliau mengintruksikan dinas terkait untuk menertibkannya. Beliau juga secara eksplisit menyampaikan bahwa salah satu hal yang sangat penting dan terlihat secara kasat mata mengenai keistimewaan Jogja, dan membedakan dengan daerah lain, adalah ketertiban berlalu lintas. Beliau bertanya kepada seluruh masyarakat yang hadir, sanggupkah masyarakat ikut serta bersama keraton membangun jogja? dengan serentak masyarakat menjawab "sanggup". inilah konsep manunggaling kawula gusti dalam semangat golong gilig untuk mewujudkan Jogja istimewa.


Di akhir acara, Sri Sultan melakukan pemotongan tumpeng yang dilanjutkan dengan makan bersama dengan kembul bujana. kembul bujana adalah kita makan bersama dari tempat yang sama. tumpeng-tumpeng yang sudah terkumpul dibagi kepada masyarakat yang hadir. bukan dengan cara berebutan tetapi tumpeng-tumpeng tersebut "dipecah" lalu ditaruh di dalam takir. lalu takir yang sudah diisi nasi beserta lauk dan sayur dibagi kepada masyarakat.



[caption id="attachment_2179" align="aligncenter" width="300"]Mendengarkan pidato Sri Sultan HB X, Jogja Gumregah, Jogja Istimewa Mendengarkan pidato Sri Sultan HB X[/caption]

[caption id="attachment_2181" align="aligncenter" width="300"]kembul bujana, Jogja Gumregah, Jogja Istimewa Ah masnya merem...[/caption]

[caption id="attachment_2180" align="aligncenter" width="300"]kembul bujana, Jogja Gumregah, Jogja Istimewa Saya juga dapat :)[/caption]

[caption id="attachment_2182" align="aligncenter" width="300"]kembul bujana, Jogja Gumregah, Jogja Istimewa Mbak-mbaknya malu-malu :)[/caption]
Jogja memang mahal oleh karena itu, logonya pun mahal. mahal bukan hanya dalam sisi materi tetapi semangat untuk bangkit, menjaga tradisi, golong gilig, kebersamaan, dan budaya lainnya tidak akan pernah bisa dinilai dengan uang. bukan karena tidak ada nilainya tetapi justru karena tidak ternilai harganya. Launching logo Jogja dengan Jogja Gumregah-nya sebuah even yang langka, dan itu ada di Jogja istimewa. :)