Manasik Massal Calon Jamaah Haji Sleman 2019

Labaik allahumma labaik. Setiap muslim pasti merindukan hadir di tanah haramain, memenuhi rukun Islam hingga yang ke lima, memenuhi panggilan Illahi untuk hadir ke rumah-Nya. Jika tidak ada keinginan itu, harus dipertanyakan keislamannya.

Manasik calon jamaah haji Sleman 2019 di stadion tridadi

Setelah menunggu cukup lama, rata-rata selama delapan tahun, sebanyak 1387 jamaah haji dari Kabupaten Sleman insya Allah pada musim haji 2019 M/1440 H ini akan bertolak ke tanah suci. Jamaah haji Kabupaten Sleman tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 25 - 29 dan kloter 96. Untuk kloter 25 harus berbagi pesawat dengan jamaah haji Kabupaten Bantul dan kloter 29 dengan jamaah haji Kabupaten Kulon Progo. Dan untuk kloter 96 terisi oleh para jamaah haji dari kuota tambahan dan kuota tambahan lansia.

Untuk mempersiapkan dan memantapkan perjalanan ibadah haji, kemenag Kabupaten Sleman menyelenggarakan manasik haji. Setelah kurang lebih delapan belas kali pertemuan manasik yang diselenggarakan di Masjid Agung Sleman, serta manasik yang diselenggarakan oleh KUA masing-masing kecamatan, pada hari Minggu 23 Juni 2019 diselenggarakan manasik massal di Stadion Tridadi Sleman.

Baca juga: Sleman, The living culture part of Jogja

Dalam sambutannya, Sri Purnomo, Bupati Sleman menyampaikan bahwa jumlah jamaah haji 2019 mengalami peningkatan dibandingkan musim haji 2018, dimana kala itu jumlahnya adalah 1198 jamaah dan satu orang meninggal dunia di sana. Semoga di tahun ini seluruh jamaah haji Sleman dapat pulang ke bumi sembada dalam kondisi sehat.

Beliau juga menyampaikan tekait perbedaan suhu antara Sleman dengan tanah Arab. Bagi jamaah haji yang berada di wilayah bawah atau perkotaan, suhu udara di Arab bisa dua kali lipat dibandingkan di sini. Sedangkan bagi jamaah haji yang tinggal di sekitaran lereng merapi semisal pakem dan cangkringan, suhu udara di Arab bisa tiga kali lipatnya. Hal ini mengingat pada belakangan ini suhu di Kabupaten Sleman memang sedang sangat dingin.

Bupati juga berpesan agar di tanah suci jamaah haji tetap menjunjung tinggi tata krama yang telah terbangun di bumi sembada. Karena di sana akan menemui banyak sekali budaya, harapannya jangan sampai budaya yang terbangun di diri jamaah hilang karenanya.

 
Calon jamaah haji melakukan simulasi wukuf di arafah

Acara manasik dimulai di dalam Stadion Tridadi untuk acara pembukaan. Setelah acara pembukaan selesai, jamaah bertolak ke padang arafah dimana lapangan pemda sleman yang dijadikan padang arafah. Jamaah berjalan berdasarkan kloter dengan dipimpin oleh karom/ketua rombongan masing-masing. Di sana jamaah "dijemur" (hanya sebentar kok) untuk mensimulasikan wukuf dan posisi dalam keadaan duduk bersaf menghadap kiblat. Di padang arafah ini jamaah melakukan simulasi shalat jama' qashar takdim antara shalat dzuhur dan asar serta dilakukan khutbah.

Selesai wukuf di padang arafah, jamaah berjalan mengambil air zam-zam atau dalam acara simulasi ini adalah mengambil minum dan jeruk. Dalam perjalanan antara arafah dan air zam zam jamaah harus melewati "kerangkeng" untuk menggambarkan dan melatih kedisiplinan jamaah terkait dengan pintu dan naik kendaraan.

 
Calon jamaah haji kloter 96 yang mayoritas lansia

Setelah mengambil air air zam zam, jamaah bertolak ke lapangan tenis pemda sleman untuk mengambil kerikil untuk lontar jumrah. Untuk lokasi lempar jumrah dilakukan di sekitar kantor dinas PU Sleman. Di sana disediakan tiga "dinding" yang menggambarkan jumrah ula, wustha, dan aqabah. Akan tetapi fokus pelemparan ada di jumrah aqabah. Selesai pelemparan jumrah, dilakukan tahalul atau potong/cukur rambut. Pemotongan dilakukan simbolis satu jamaah saja.

Selesai lempar jumrah dan tahalul, jamaah bertolak ke masjidil haram yang lokasinya di tengah lapangan Stadion Tridadi untuk melakukan tawaf ifada. Miniatur ka'bah telah disiapkan di berikut hijr ismail. Selesai tawaf, jamaah melakukan sai antara safa-marwa yang disiapkan di sisi tepi lapangan. Acara diakhiri dengan tahalul kembali sebelum jamaah dipersilakan istirahat makan.

Ada yang menarik dari penyelenggaraan manasik kali ini dan tentunya nanti dalam pelaksanaan haji. Apa lagi kalau bukan kloter 96 atau kloter sapun jagad, satu kloter khusus yang berisi mayoritas para lansia (video terbawah). Oleh karena itu perlu adanya kesabaran ekstra dari para pendamping dan sesama jamaah. Beberapa waktu lalu di dalam manasik di Masjid Agung Sleman, Ujang Sihabudin, kasi haji kemenag Sleman menyampaikan bahwa usia termuda dari para lansia kloter tambahan adalah 78 tahun. Wow...

Tidak ada harapan yang lebih indah selain semoga para jamaah haji ini pulang ke tanah air, khususnya di tanah sleman sembada dalam keadaan sehat dan membawa pulang status haji mabrur. Aamiin.