Masih Perlukah Website dalam Bisnis Online?

Pertanyaan terkait "Apakah website masih diperlukan?" sudah cukup lama bergulir bukan saja dalam dunia bisnis online tetapi juga dalam kehidupan online. Hal ini mengingat begitu banyaknya platform khususnya sosial media dan marketplace. Kehidupan online sudah didominasi oleh penggunaan gawai/gadget. Dan ketika kita sedang menggunakan smartphone atau tablet, jarang kita membuka browser dan mengetik alamat web. Kebanyakan aplikasi yang kita buka adalah aplikasi chat, sosial media, dan aplikasi marketplace. Jika pun kita membuka browser, kita membuka search engine google untuk mencari info tertentu. Padahal google pun sudah memiliki aplikasi tersendiri pula.

Masih Perlukah Website dalam Bisnis Online?


Lalu, terkait dengan bisnis online, masih perlukah peran website? Banyak pelaku usaha baik UKM maupun bisnis yang besar kini bermain-main dengan marketplace, mall online, serta sosial media. Dari sisi pelanggan, netizen lebih suka bermain-main dengan sosial media. Mereka yang lebih suka dengan foto, lebih suka berselancar menggunakan instagram. Facebook dan twitter pun masih disukai meski kepopulerannya naik turun. Bahkan kini netizen lebih suka dengan video, maka youtube yang panen rezeki.

Karena tren pelanggan yang demikian, maka pelaku usaha pun demikian. Untuk maintenance, sosial media memang memanjakan pengguna. Pelaku usaha tidak perlu membuat situs media sosial, tinggal membuat akun dan selebihnya tinggal mengisinya. Pelaku usaha pun tidak terlalu dibuat pusing dengan kehandalan sosial media karena sudah terjamin. Jika pun mengalami down, tentu kegemparan di dunia maya akan terjadi. Langsung trending topic deh sosial media yang down itu.

Demikian pula dengan situs marketplace, mereka tidak perlu membuat situsnya. Tinggal buka akun, lalu mengisinya. Dengan fasilitas penilaian pelanggan, menjadi nilai tambah bagi toko bahwa mereka layak disebut kredibel. Terkait dengan kehandalan, keamanan, dan kemudahan, mirip dengan sosial media. Berbeda jika mereka membuat toko online sendiri, selain mereka harus membangun situs mereka sendiri, membangun sistem sekuriti, dan untuk memperoleh kepercayaan pelanggan juga sebuah pekerjaan tersendiri.

 

Jadi, apakah benar bahwa website sudah benar-benar mati?


Integrasi, kata kunci yang sering terlupakan. Apakah selama ini kita sering harus bolak balik berpindah dari satu sosial media ke sosial media yang lain, dari marketplace satu ke marketplace yang lain sedangkan brand atau toko yang dibuka sama? Kita mencari-cari sejauh mana toko yang sedang kita sasar itu kredibel, banyak penilaian positif, track record-nya baik atau buruk, sejauh mana konsumen komplain, dan lain sebagainya. Kita sebelum membeli, kita mempelajari terlebih dahulu kelebihan dan kekurangan produk itu, nilai lebih daripada produk lain, dan sebagainya. Untuk itu kita bolak balik dan kemudian memutuskan untuk membeli di marketplace yang ini, bukan yang itu.

Sudah sebagaimana mestinya, sosial media digunakan untuk bersosial. Sedangkan marketplace digunakan untuk transaksi jual beli. Dan aplikasi chat digunakan untuk bercakap-cakap atau kalau di bisnis semacam customer service. Dan selama ini yang terjadi adalah mereka hidup dalam kehidupan masing-masing.

Memang di sosial media maupun marketplace ada halaman khusus yang memuat tentang toko. Tetapi keberadaannya belumlah optimal. Di sinilah tempat dan fungsi bagi website. Mengintegrasikan keberadaan akun-akun yang memuat tentang sebuah toko online.

 

Mengapa website penting bagi bisnis online?


Ada banyak hal yang sering tidak bisa tersampaikan ketika hanya bermain-main dengan sosial media atau pun marketplace. Apa value atau nilai yang dibangun oleh perusahaan atau toko? Ada toko yang dibuat untuk menjual produk-produk para difable, produk ibu-ibu PKK, produk pertanian, produk kerajinan dengan filosofinya masing-masing, produk sebuah kampung, atau nilai-nilai masing-masing. Setiap toko atau perusahaan pasti dalam membuat dan menjual produk memiliki value yang membedakannya dengan produk, toko, atau perusahaan lain. Dan itu jarang tersampaikan.

Dari sisi tampilan, memang sosial media atau marketplace bisa jadi tidak mendukung untuk itu. Sebagai contoh, grid 3 kolom sebagaimana ada di instagram bisa lebih mendukung ke gambar. Netizen lebih melihat gambar daripada caption. Semakin banyak caption yang menjelaskan, memang bagus bagi yang menjelaskan tetapi tidak begitu disukai oleh pengunjung. Apalagi instagram, sebagaimana twitter memiliki keterbatasan jumlah karakter meski tidak seterbatas twitter. Di marketplace, lebih berbicara spesifikasi produk daripada value suatu produk atau toko.

Kini memang bukan lagi era hanya menjual produk. Tetapi di dalam produk tersebut pasti memiliki value yang tentunya berbeda dengan value yang ditawarkan oleh produk sejenis di toko yang lain. Dan ketika sang pemilik toko telah tahu value apa yang harus ia jual, maka akan dengan mudah menyampaikan kepada calon konsumen. Tetapi jika penjual saja belum tahu apa nilai lebih atau value dari produknya, ia hanya sekadar menjual barang tanpa ruh.

Dengan website pula, kita dapat menginformasikan akun ofisial kita yang sebenarnya. Bisa jadi penjual memiliki produk yang mirip-mirip dengan milik penjual yang lain. Atau justru di-KW oleh penjual yang lain. Kita harus menginformasikan bahwa produk yang asli ada di akun media sosial yang ini, ini, ini, dan akun marketplace yang ini, ini, ini. Di website itulah list akun sosial media dan akun marketplace official disampaikan. Dan di website pula, kita dapat menyampaikan kelebihan produk kita dibandingkan produk lain, serta menjelaskan mengapa produk ori lebih baik daripada produk KW. Mengapa produk ori harganya lebih mahal daripada produk KW? Misal karena dikerjakan secara handmade dan mempekerjakan para penyandang ekonomi lemah. Di sana lah value produk tersampaikan, yang tidak sempat tersampaikan di sosial media atau di marketplace.

Di website pula, kita dapat melihat akun-akun mana saja yang menjadi rujukan paling banter oleh konsumen. Misal di statistik website tertera bahwa instagram atau youtube adalah sumber dan tujuan klik yang tertinggi daripada lainnya. Jadi, kita bisa menggenjotnya lebih besar daripada yang lain.

Website, meski memang sedikit lebih banyak memerlukan usaha dalam membangun website daripada hanya bergabung sosial media atau marketplace. Kita harus setidaknya belajar tentang hosting yang menjadi rumah kita di dunia maya. Belajar tentang website tidak sesulit daripada satu dekade silam. Sudah banyak panduan di jagad maya yang bisa kita ikuti.


Dalam proses beli hosting pun jika kita pintar-pintar dalam memilih dan memilah mana hosting Indonesia yang baik. Tidak sulit, tinggal cari info mana yang memiliki reputasi yang baik. Kadang ada penyedia layanan hosting yang memberikan harga yang teramat sangat murah, tetapi kualitasnya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Tetapi ada pula yang memberikan harga yang wajar, tetapi memberikan bantuan teknis yang luar biasa. Dengan beli domain yang menarik atau sesuai dengan kebutuhan brand kita, kita setidaknya telah mengamankan nama di dunia maya. Bisa jadi ada orang yang membuat nama yang mirip-mirip dengan brand ofisial kita. Tentu dengan website yang namanya lebih bagus, akan lebih memberi kepercayaan kepada konsumen.

Jika pelaku usaha tidak sempat menggarap sendiri websitenya, serahkan saja pada yang bisa. Semua tergantung budget yang disediakan dan kesepakatan. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak membuat rumah di dunia maya. Website belum mati, justru masih memiliki kesempatan untuk hidup ditengah-tengah marketplace dan sosial media. Karena setiap produk, termasuk produk online, memiliki fungsi dan tujuannya masing-masing. Dan website masih dibutuhkan atas kebutuhan itu.