Mengenal Batik Wonogiren

Masih lanjutan dari postingan sebelumnya tentang sepatu Yucko shoes, setelah membeli dan sedikit banyak ngobrol, saya "menyusup" ke dalam pendopo Royal Ambarukmo. Jadi, Mbak Yuni bersama sepatu Yucko shoes dan para pelaku UKM lain dari Kabupaten Wonogiri ikut serta dalam pameran dalam rangka agenda "Sehari Bersama Kabupaten Wonogiri" yang hanya berlangsung tanggal 21 September 2019.

Mengenal Batik Wonogiren
PPBI Sekar Jagad

Mengenal Batik Wonogiren


Ketika saya di sana, kebetulan agenda memasuki acara pengenalan motif batik wonogiren. Sebenarnya yang masuk dan duduk di sana adalah para tamu undangan, tamu undangan dari komunitas, dan awak media. Tetapi, setelah minta izin para penjaga buku tamu, saya bisa masuk dengan status dari media, hehe.

Acara pengenalan motif batik wonogiren ini diselenggarakan oleh PPBI (Paguyuban Pecinta Batik Indonesia) Sekar jagad. Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia raya, dilanjutkan dengan penampilan tari Matah Ati. Tarian yang menceritakan para srikandi Matah Ati yang membantu Pangeran Sambernyawa dalam melawan VOC. Para srikandi yang diperankan oleh para penari cilik begitu lincah dan bersemangat membuat para hadirin terpukau.

Mengenal Batik Wonogiren
Penampilan Matah Ati

Ciri khas batik wonogiren


Batik wonogiren sendiri berciri khas motif remekan. Remekan ini terjadi karena kain yang terbatik berupa salur-salur yang terjadi karena malam (lilin batik) yang berada di kain, remuk. Konon, motif ini terjadi karena ketika para pembatik selesai melorot (meluruhkan) malam batik menggunakan air panas, malam tersebut digunakan kembali untuk membatik. Karena malam yang digunakan sudah bekas, malam tidak merekat kuat di kain. Maka malam tersebut remek atau remuk. Justru di sana terjadi salur-salur yang menarik.

Di Solo, batik dikenalkan oleh Mangkunegara VII pada sekitar 1910 di Tirtomoyo. Tirtomoyo sendiri merupakan salah satu cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram. Batik Wonogiren Tirtomoyo dikenalkan oleh istri Bupati Wonogiri kala itu. Tetapi teramat sangat lama vakum, pada 1993 dikenalkan kembali oleh Tari Soemarno Putri, dalam perusahaan TSP Batik. Bu Tien Soeharto ketika berkunjung ke Wonogiri mengetahui motif batik remekan, merasa senang dan motifnya unik sehingga menyarankan untuk dijadikan motif khas wonogiren.

Gusti Ayu Paku Alam dalam sambutannya sebagai penasehat PPBI Sekar Jagat menyampaikan bahwa batik merupakan bagian dari hidup manusia. Di Jogja khususnya, setiap alur kehidupan dari lahir hingga kematian tergambar dalam batik. Beliau berpesan pula jangan sampai lupa untuk membeli batik. Sebab jika nanti semua membuat batik, siapa yang akan membelinya? Kehidupan akan berjalan sebagaimana mestinya jika ada yang membuat dan ada pula yang membeli.

Wonogiri belum memiliki batik khas


Sekda Wonogiri mewakili pemerintah daerah menyampaikan bahwa di Kabupaten Wonogiri, batik sudah dikenalkan sejak bangku sekolah. Ada mata pelajaran membatik di sekolah agar siswa mengenal batik. Beliau menyampaikan agar wonogiri bisa dibimbing dalam hal batik, salah satunya terkait dengan pameran kali ini. Di pameran, semoga para pelaku UKM batik bisa belajar tentang batik itu sendiri sekaligus mendapatkan pendapatan. Jika hanya belajar tetapi tanpa pendapatan, dikhawatirkan terjadi penurunan motivasi. Selama ini batik selalu identik dengan Jogja, Solo, dan Pekalongan. Beliau berharap kota keempat setelahnya adalah Wonogiri.

Meski motif batik wonogiren atau motif remekan merupakan motif batik gaya Wonogiri, tetapi hingga saat ini belum ada motif batik khusus Batik Wonogiri. Belum ada batik khas Kabupaten Wonogiri yang menggambarkan gajah mungkur dan keanekaragaman yang ada di Kabupaten Wonogiri. Sehingga kesempatan masih terbuka bagi para desainer maupun pelaku usaha batik yang akan mendesain batik khas Kabupaten Wonogiri. Tetapi sedidaknya kita harus mengenal batik wonogiren.