Silaturahim dan Belajar ke Rumah Jahit Diana

Sekitar dua minggu lalu saya bersilaturahim ke salah satu senior saya di kampus, Mas Femri. Saya spesial ke rumah beliau karena memang beliau beserta istri ini memiliki usaha konfeksi. Sebenarnya ini bukan pertama kali saya bertemu dengan beliau selama usaha ini berjalan. Dan sebenarnya pertemuan kami berdua setelah sama-sama lulus dari kuliah pun kebetulan. Padahal kita sama-sama tahu kalau kebetulan itu tidak ada, pasti sudah direncanakan oleh Dzat yang Maha Kuasa.

Silaturahim dan Belajar ke Rumah Jahit Diana

Flash back beberapa bulan lalu, saat saya jalan-jalan karena suntuk di rumah setelah resign kerja, mampir ke salah satu masjid untuk shalat maghrib. Ternyata saya bertemu dengan Mas Femri. Ngobrol-ngobrol, ternyata beliau memiliki usaha konfeksi. Sebagai mantan karyawan (baca: buruh) di perusahaan konfeksi, tentu saya tertarik dengan usaha beliau. Beberapa hari kemudian saya silaturahim ke rumah beliau di daerah Berbah, Sleman yang sekaligus sebagai workshop. Tetapi, silaturahim saya yang terakhir di dua pekan lalu, beliau sudah menyewa satu rumah yang dijadikan workshop. Lokasi workshop berada di sebelah timur Kids Fun, Jalan Wonosari.

Saya datang ke workshop sudah cukup malam, bada isya dan kita ngobrol hingga sekitar jam 11 malam. Banyak hal yang bisa saya peroleh dari beliau. Dimulai pembicaraan mengenai mana yang lebih penting antara perhitungan dengan faktor nekat ketika membuat usaha. Beliau bercerita bahwa dua hal itu tidak ada satu yang lebih tinggi daripada lainnya. Keduanya harus ada, karena tanpa perhitungan dan hanya nekat, usaha bisa dengan mudah untuk hancur. Dan jika hanya perhitungan saja tanpa nekat, usaha tidak akan pernah ada.

Dari hal tersebut yang mengawali pembicaraan, beliau bercerita flash back perjalanan bisnisnya. Banyak usaha yang pernah dibangun olehnya. Dari produksi minyak atsiri yang uangnya begitu besar, sebagai konsultan industri, usaha herbal dan parfum, nugget sayur, dan banyak lagi usaha yang dibangunnya pula usaha konfeksi ini. Mulai dari membangun usaha dari benar-benar nol, untung, menanggung hutang yang besar, hingga melunasinya. Apakah usaha-usaha tersebut itu ditinggalkan karena rugi? Justru bukan. Usaha-usaha tersebut jusru memiliki keuntungannya masing-masing. Dan semuanya sengaja "dimatikan" dan satu usaha yang difokuskan yaitu usaha konfeksi.

Mengapa banyak usaha yang dibangunnya? Beliau bercerita bahwa pernah mengaji di Karanganyar. Di sana sang kiai berpesan bahwa selagi muda, cobalah banyak hal hingga suatu saat menemukan sesuatu yang benar-benar itu adalah "dirinya". Maka, dibangunlah banyak usaha. Ia sering dikritik karena terlalu banyak usaha dan tidak fokus. Tetapi beliau berpedoman bahwa itu masih masa pencarian dan coba-coba. Hingga akhirnya semua usaha tumbuh dengan dinamiknya masing-masing. Ia pun mulai berpikir bahwa tidak semua bisa ditumbuhkan besar. Harus ada yang tumbuh dan harus ada yang dimatikan. Ia mulai menghitung dan berfikir mengenai potensi untung, potensi rugi, potensi tumbuh, dan pertimbangan-pertimbangan lain. Akhirnya, usaha konfeksi inilah yang terpilih.

Belakangan saya baru tahu dari instagram usaha ini bernama Rumah Jahit Diana dengan instagram @rumahjahit_diana. Produksi dikerjakan Senin-Sabtu jam 08:00-16:00 WIB. Jam 08:00 masuk lokasi workshop langsung karyawan shalat dhuha dan tadarus baru kemudian masing-masing menempatkan diri pada pekerjaan jahit. Karena memang ibadah adalah pekerjaan utama kita hidup di bumi.

Usaha ini diawali dengan order seragam rumah sakit baik perawat maupun untuk bayi yang ada di rumah sakit itu. Dan setelah berjalan beberapa tahun, mulai mengerjakan order gamis, jilbab, dan berbagai pakaian syari lainnya. Dengan operator berjumlah belasan dan mesin yang lebih dari 20 unit, usaha ini dibangun perlahan tetapi pasti semakin sistematis layaknya industri besar. Ukuran usaha boleh kecil tetapi sistem bisa mengacu pada industri besar.

Ada yang menarik dengan usaha konfeksi beliau ini. Mas Femri beserta istri memasukkan unsur agama di dalam usaha ini. Bagaimana caranya? Setiap hari sebelum bekerja dimulai, semua karyawan shalat dhuha dan tadarus. Tentu terjadi pergolakan di awal peraturan ini diberlakukan. Tetapi dengan contoh dan proses, alhamdulillah sudah menjadi kebiasaan. Dan alhamdulillah pula, lokasi workshop cukup dekat dengan masjid. Saya rasa, sistem ini yang tidak dimiliki oleh perusahaan besar. Dan kita harus yakin akan kekuatan spiritual akan selalu berdampak positif kepada kehidupan.

Anda tertarik untuk menjahitkan baju di sana? Langsung saja cek instagram RJD 😁