Diamnya Nabi Ibrahim

sebuah pertanyaan ada di benak saya, jika kita berada pada posisi Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, kuatkah kita? memang tidak mungkin kita akan mendapatkan perintah yang begitu mulia itu. pernah saya menulis mengenai diam itu emas, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah mengajarkan kepada kita makna dari diam.

beliau mengajarkan kepada kita tentang diam, bukan berarti setelah mendapat perintah menyembelih Nabi Ismail kemudian diam tidak menlakukannya, melainkan bentuk diamnya adalah tidak membantah apa yang diperintahkan. apa pun perintah Tuhan yang kita sebagai manusia anggap tidak masuk akal dilakukan dengan sebenar-benarnya meski itu berat. bayangkan jika kita yang suka membantah berada posisi beliau, apa yang akan kita lakukan? akan sangat mungkin kita akan protes "wahai Tuhanku, untuk apa aku harus menyembelih Ismail?" atau "wahai Tuhanku, kami sebagai manusia tidak akan melakukan perintah-Mu karena bertentangan dengan HAM" dan bentuk protes lainnya. tapi, Nabi Ibrahim tidak melakukan protes itu dan Nabi Ismail juga siap dengan kesungguhan hati.

mari kita muhasabah diri, sejauh mana kepatuhan kita dengan perintah Allah, Tuhan semesta alam. banyak dari kita, bahkan termasuk kita, yang tidak mau melaksanakan dengan dalih bertentangan dengan HAM, demokrasi, ekonomi dan lain sebagainya. contoh mudah, miras itu dilarang dan haram tapi kita tidak mau membasminya karena miras memberikan pemasukan keuangan yang besar. bukankah itu merupakan bentuk bantahan kita kepada perintah Tuhan? sebegitu sombongkah kita sehingga berani membantah perintah Tuhan sedangkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang sudah dijamin kehidupan di surga saja tidak berani membantah.

sejenak kita renungkan syair nasyid dari snada:

Belajar dari Ibrahim, belajar taqwa kepada Allah

Belajar dari Ibrahim, belajar mencintai Allah

Malu pada Bapak para Anbiya

Patuh dan taat pada Allah semata

Tanpa pernah mengumbar kata-kata

Jalankan perintah tiada banyak bicara.