Wisata, Tentang Teknologi dan Experience

Wisata adalah tentang experience atau pengalaman. Pengalaman bisa dirasakan oleh diri sendiri ataupun pengalaman orang lain yang dibagikan dengan harapan kita bisa merasakan pengalaman serupa dengannya. Hadirnya teknologi internet beserta sosial media dan berbagai macam platform bisnis terutama wisata, memberikan nilai tersendiri dalam berbagi pengalaman wisata. Teknologi internet dan segala macam di dalamnya kini telah memberi pengalaman kemudahan dalam berwisata. Kemudahan inilah yang tidak dimiliki oleh sektor wisata beberapa tahun silam. Oleh karena itu, pelaku wisata pun harus mau dan mampu menyesuaikan diri dengan hadirnya teknologi ini. 

Wisata, Tentang Teknologi dan Experience economics talk 2018

Demikian yang disampaikan dalam Economics Talk 2018 yang diadakan oleh Himiespa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, 21 September 2018. Berlokasi di Learning Center lt.8 FEB UGM, seminar ini mengangkat tema "Development of Tourism Sector in the Digital Economy Era". Seminar ini menghadirkan Nur Cahyadi selaku General Manager Hyatt Regency Yogyakarta dan Asan Effendy dari PT Jakarta Setiabudi International sebagai pemateri sesi pertama. Selesai sesi pertama ini, kedua pemateri turun ke lantai 7 gedung FEB UGM guna serah terima Ruang Sapta Akasa, dimana nama ini diberikan langsung oleh Jan Darmadi, BBA, M.Sc Founder PT JSI, sebagai Learning Center dan Coworking space. Acara seminar dilanjutkan dengan pemateri sesi kedua yaitu Poppy Irawan, S.S., M.Sc. dosen FIB UGM, Ir. Firmansyah General Manager Telkom Yogyakarta, Khairul Anwar dari Royal Ambarukmo Yogyakarta, dan Bapak Johan dari Dinas Pariwisata DIY menggantikan FItri Diah Wahyuni SE, MSi.

Wisata adalah menjual experience


Bapak Poppy Irawan sebagai akademisi yang juga mendampingi hadirnya beberapa desa wisata di Yogyakarta menyampaikan hal-hal etrkait dengan desa wisata itu sendiri. 4 A yaitu Attraction sebagai produk utama dalam pariwisata, Accessibility sebagai sarana dan infrastruktur ke lokasi wisata, Amenity sebagai segala fasilitas wisatawan di lokasi wisata, dan Ancilliary sebagai sumber daya manusia di sistem wisata adalah hal-hal yang sejak dahulu sampai sekarang tetap ada dalam konsep wisata. Khusus untuk desa wisata, perlu adanya 1 C yaitu Community involvement sebagai kesatuan komunal agar keberlangsungan hidup desa wisata bisa terjadi. Sustainability dan kehidupan yang ramah lingkungan serta ramah budaya pun harus hadir dalam desa wisata. Terkait dengan teknologi, desa wisata saat ini hidup sudah memanfaatkan internet, meskipun belum sepenuhnya. Sudah banyak desa wisata memanfaatkan media sosial khususnya instagram. Sebut saja desa wisata pulesari, desa wisata pancoh, dan lain sebagainya.

Baca juga tentang apa dan bagaimana wisata halal?

Ir Firmansyah menyampaikan bagaimana disrupsi yang sedang terjadi saat ini. Sekarang semua hal sudah beralih ke teknologi internet. Kehidupan kini ada dalam genggaman. Sehingga, dalam wisata pun semua sudah terkait dengan internet. Sejak mencari informasi tentang lokasi berdasar experience yang sudah pernah dirasakan oleh wisatawan lain dibukalah sosial media, memesan tiket kereta/pesawat ke kota yang dituju, turun dari kereta/pesawat ke lokasi wisata menggunakan ojek online, memesan kamar hotel dengan fasilitas internet pula, di lokasi pasti foto-foto lalu diunggah ke sosial media. Sosial media dia dibuka oleh calon wisatawan yang lain dan perputaran serupa pun terjadi.

Wisata, Tentang Teknologi dan Experience economics talk 2018

Hal ini yang sangat dirasakan oleh pelaku industri pariwisata sebagaimana disampaikan oleh Nur Cahyadi dan Chairil Anwar. Kedua pemateri ini sama-sama menyampaikan bagaimana hotel mereka masing-masing memanfaatkan teknologi internet dalam memberikan experience dan mereka memperoleh feed back yang baik dari dan oleh wisatawan. Bangunan bukan lagi yang utama tetapi bagaimana mereka memberikan experience tersebut. Bangunan yang bagus tetapi tidak memberi experience yang sesuai ekspektasi justru menjatuhkan. Hotel kini telah terintegrasi dengan berbagai platform wisata sehingga apa yang disajikan oleh hotel adalah real time dan up to date. Sayangnya dari sisi destinasi wisata belum sampai ke sana.

Dahulu, komplain penghuni hotel atau wisatawan yang tertuang dalam surat kabar adalah bencana bagi hotel. Akan tetapi hal tersebut sudah bergeser. Pelanggan tidak mau lagi menulis di surat kabar dan pembaca surat kabar sudah tidak banyak lagi. Kini yang menjadi ketakutan yang besar adalah ketika pelanggan atau wisatawan memberikan testimoni negatif di ranah daring tripadvisor. Semua orang akan membacanya bahwa experience dia tidak baik dan itu tidak bisa dihapus. Begitulah salah satu teknologi mengubah kehidupan wisata.

Bapak Johan dari perwakilan pemerintah merangkum dari semua pemateri sebelumnya. Bagaimana statistik pengunjung wisata di Yogyakarta, bahwa wisatawan terbesar yang hadir adalah dari Belanda. Jumlah wisatawan yang hadir di Yogyakarta masih menjadi indikator suksesnya sektor pariwisata. Bagimana pemerintah sedang berkolaborasi dengan banyak pihak agar experience wisatawan di Yogyakarta memang benar-benar baik.

Teknologi telah mengubah banyak hal. Akan tetapi, experience wisatawan akan selalu bergerak. Dahulu experience ditularkan dari mulut ke mulut dan lebih kepada diri sendiri. Kini experience dirasakan dan ditularkan lebih cepat. Pelaku wisata harus bisa beradaptasi dengan ini. Tantangan dan peluang bagi kita semua bagaimana pelaku wisata bisa ikut menjual dan beradaptasi dengan experience wisatawan.